Minggu, 16 November 2014

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR



Definisi Epidemiologi Penyakit Menular

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi, distribusi dan determinan penyakit serta upaya pencegahan dan penanggulangannya.
Epidemiologi penyakit menular merupakan salah satu ruang lingkup dari epidemiologi yang khusus mempelajari tentang penyakit menular di masyarakat.
Jadi, epidemiologi penyakit menular adalah Epidemiologi yang fokus mempelajari tentang penyakit menular.
Definisi penyakit menular atau yang biasa disebut dengan penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agent atau unsur penyebab menular tertentu atau hasil racunnya yang terjadi karena penularan agent atau hasil racunnya dari sumber penularan (manusia,hewan) atau reservoir lainnya (tumbuhan,benda lain) kepada pejamu potensial baik secara langsung maupun tidak langsung.

3 Kelompok Utama Penyakit Menular
Secara umum, penyakit menular dibagi dalam 3 kelompok utama, yaitu :
1. Penyakit menular yang sangat berbahaya karena angka kematiannya yang sangat tinggi.
2. Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama.
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacat namun dapat mewabah dan menimbulkan kerugian waktu dan materi.


3 Sifat Utama Aspek Penularan Penyakit dari Orang ke Orang

a. Generation Time (waktu generasi)
    Adalah masa antara masuknya agent penyakit sampai pada masa kemampuan maksimal penderita untuk menularkan penyakit kepada orang lain.

b. Herd Immunity (kekebalan kelompok)
Herd immunity diartikan sebagai keadaan kekebalan atau daya tahan suatu kelompok penduduk terhadap serangan penyakit atau agent penyakit menular yang didapat dari kekebalan sejumlah anggota kelompok tersebut.
semakin tinggi herd immunity dalam suatu masyarakat maka semakin kecil peluang untuk terjadinya wabah dalam masyarakat tersebut, dan semakin rendah herd immunity dalam suatu masyarakat maka semakin cepat penularan wabah dalam masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, herd immunity merupakan faktor yang berperan penting dalam kejadian wabah di masyarakat.

c. Attack Rate (angka serangan)
Aspek lain yang cukup penting dalam proses penularan penyakit adalah tatacara dan konsep kehidupan keluarga, sistem hubungan keluarga dalam masyarakat serta sistem hubungan antara individu dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu yang merupakan suatu unit epidemiologi dimana penyebaran penyakit dapat berlangsung. Kasus atau penderita penyakit menular tertentu yang timbul pada suatu keluarga atau kelompok penghuni tertentu yang menjadi titik perhatian petugas kesehatan masyarakat disebut index case.
Penyebaran penyakit ke dalam suatu kelompok tertentu dapat diukur dengan angka serangan yang disebut secondary attack rate yakni jumlah kasus yang berkembang/muncul dalam satu satuan waktu tertentu di dalam anggota kelompok yang mengalami kontak serta mimiliki risiko (risk) atau kerentanan tertentu terhadap penyakit tersebut.

Minggu, 16 Februari 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013

Abstrak

Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu program pemerintah untuk menurunkan AKB sesuai target MDGs 2015. AKB di wilayah kerja Puskesmas Abeli meningkat selama tiga tahun terakhir. Walaupun IMD telah dilaksanakan sejak Februari 2012, namun tidak semua ibu bersalin mau melaksanakan IMD. Hal ini diduga disebabkan sampai saat ini masih sangat minim penyuluhan maupun kegiatan promosi kesehatan lainnya terkait IMD sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu terhadap pelaksanaan IMD. Selain itu, tidak semua petugas kesehatan yang membantu persalinan menerapkan proses IMD pada ibu bersalin serta dukungan dari keluarga terutama suami kurang didapatkan ibu untuk melaksanakan IMD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD di wilayah kerja puskesmas Abeli Kota Kendari tahun 2013. Jenis penelitian adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja puskesmas Abeli periode Januari-April 2013 sebanyak 102 ibu. Besar sampel adalah 83 ibu diperoleh dengan acak sederhana (simple random sampling). Hasil penelitian menunjukkan  nilai uji statistik pada tingkat signifikan α < 0,05 diperoleh ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu  dengan pelaksanaan IMD (ρ Value = 0,000), ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pelaksanaan IMD (ρ Value = 0,000), ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD (ρ Value = 0,000) dan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD (ρ Value = 0,000) di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari tahun 2013.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Dukungan Suami, Dukungan Petugas Kesehatan, Inisiasi Menyusu Dini  

Abstract
Early initiation of breastfeeding (EIB) is one of the government programs to decrease the infant mortality rates (IMR) in accordance with the target of MDGs 2015. IMR in the Public Health Center of Abeli ​​ has been being increased for the last three years.  EIB has been conducted since February 2012, however not all mothers wanted to do EIB. It happened because still very minimal education and other health promotion activities related EIB that can affect mother's knowledge and attitudes toward the implementation of the EIB. Besides that, not all health workers who help the process of delivery applied EIB process to mothers and the lack of family support specially the husband earned less to do EIB. The purpose of the research is to the determine the relation among the mother’s knowledge, mother’s attitude, husband’s support and the health officers’ support in conducting the EIB in the working area of Public Health Center of Abeli in Kendari Municipality in 2013. The type of the research is observational analytical study by using cross sectional study approach. The population is all mothers who gave birth in the working area of Public Health Center of Abeli in January to April 2013 with the total number of 102 people. 83 mothers were taken randomly as the samples (simple random sampling). The result of the study showed the value of statistical test on the significant level α < 0,05 and it was found that there was a significant relationship between the mother’s knowledge and the implementation of EIB (ρ Value = 0,000), there was a significant relationship between the mother’s attitude and the implementation of EIB (ρ Value = 0,000), there was a significant relationship between the husband’s support the implementation of EIB (ρ Value = 0,000), and there was a significant relationship between the support of the health officers (ρ Value = 0,000) and implementation of EIB in the working area of Public Health Center of Abeli in Kendari Municipality in 2013.
Keywords: Knowledge, Attitude, Husband’s Support, Health Officers’ Support, Early Initiation of Breastfeeding





Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Akan tetapi, kenyataan yang terjadi, hampir semua negara di dunia, AKB cenderung kurang mendapat perhatian. Angka kematian bayi sangat bervariatif pada setiap negara dan masih tergolong tinggi di negara berkembang 1.
Berdasarkan buku tahunan statistik ASEAN (Association of South East Asian Nations), Brunei Darusallam, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand tergolong AKB yang rendah, yaitu di bawah 20 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Indonesia, AKB-nya yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih di bawah negara Filipina, yang AKB-nya adalah 26 per 1000 kelahiran hidup. Terkait program Millenium Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia menargetkan mampu menurunkan angka kematian bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup 2.
Salah satu penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia adalah infeksi, termasuk infeksi saluran nafas dan diare. Selain itu, masalah gizi seperti kurang kalori dan protein, juga menjadi salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kematian bayi akibat masalah tersebut adalah dengan memperbaiki gizi bayi. Pemberian makanan yang tepat pada bayi adalah salah satu tindakan yang dapat dilakukan. Makanan yang tepat untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI), terlebih lagi pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI satu jam pertama setelah melahirkan dapat memberikan efek protektif khusus pada bayi 3.
Menyusui pada satu jam pertama kehidupan dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD merupakan salah satu program pemerintah dalam menurunkan AKB terkait target pencapaian MDGs 2015. IMD dimulai dengan adanya kontak kulit antara ibu dan bayi yang baru lahir kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI secara eksklusif dan sebagai bagian manajemen laktasi 4. Persentase proses mulai menyusui pada anak 0-23 bulan di Indonesia kurang dari satu jam (< 1 jam) setelah bayi lahir masih sangat rendah yaitu 29,3%. Sementara untuk Sulawesi Tenggara adalah 27,6% 5.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, AKB di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 sebesar 3 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2011 sebesar 5 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 tercatat sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup. Akan tetapi, angka ini belum dapat menggambarkan AKB di populasi sebab terdapat kejadian kematian bayi yang tidak tercatat dan terjadi di luar fasilitas kesehatan 6.
Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan mensosialisasikan pentingnya manfaat dari inisiasi menyusu dini, perlu diupayakan program yang dapat meningkatkan IMD. Agar program tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan target yang ingin dicapai maka harus diketahui terlebih dahulu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD.
Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara kepada bidan yang bertugas di poli KIA Puskesmas Abeli bahwa Inisiasi Menyusu Dini sudah diterapkan sejak Februari 2012. Namun, tidak semua ibu bersalin mau melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. Hal ini diduga disebabkan karena sampai saat ini belum pernah diadakan penyuluhan maupun kegiatan promosi kesehatan lainnya terkait Inisiasi Menyusu Dini sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Selain itu, tidak semua petugas kesehatan yang membantu persalinan menerapkan proses Inisiasi Menyusu Dini pada ibu bersalin serta dukungan dari keluarga terutama suami kurang didapatkan ibu untuk melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study dan dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan selama periode 1 Januari hingga 30 April 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli yang terdaftar dalam register persalinan di Puskesmas Abeli berjumlah 105 orang. Sampel berjumlah 83 orang diperoleh dengan acak sederhana (simple random sampling).
Hasil
Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai χ2hitung=37,987 dan ρ Value=0,000 maka χ2hitung > χ2tabel dan ρ Value < α 0,05, berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu terkait IMD dengan pelaksanaan IMD. Setelah diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien Phi (RØ) diperoleh nilai 0,709 yang menunjukkan bahwa antara pengetahuan ibu dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat hubungan kuat.
Sikap Ibu
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai χ2hitung=37,987 dan ρ Value=0,000 maka χ2hitung > χ2tabel dan ρ Value < α 0,05, berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu terkait IMD dengan pelaksanaan IMD. Setelah diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien Phi (RØ) diperoleh nilai 0,738 yang menunjukkan bahwa antara pengetahuan ibu dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat hubungan kuat.
Dukungan Suami
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai χ2hitung=53,936 dan ρ Value=0,000 maka χ2hitung > χ2tabel dan ρ Value < α 0,05, berarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami terkait pelaksanaan IMD dengan pelaksanaan IMD. Setelah diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien Phi (RØ) diperoleh nilai 0,839 yang menunjukkan bahwa antara pengetahuan ibu dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat hubungan sangat kuat.
Dukungan Petugas Kesehatan
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai χ2hitung=62,956 dan ρ Value=0,000 maka χ2hitung > χ2tabel dan ρ Value < α 0,05, berarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan IMD dengan pelaksanaan IMD. Setelah diuji keeratan hubungan dengan uji koefisien Phi (RØ) diperoleh nilai 0,903 yang menunjukkan bahwa antara pengetahuan ibu dan pelaksanaan IMD mempunyai tingkat hubungan sangat kuat.



Diskusi
Pengetahuan Ibu
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan kurang terkait IMD tidak melaksanaan IMD pasca melahirkan. Sedangkan pada responden yang memiliki pengetahuan cukup sebagian besar melaksanakan IMD. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2009)4 dan Rahmawati (2008)7 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu semakin baik pula tindakan ibu dalam pelaksanaan IMD.
Pengetahuan mengenai IMD yang diperoleh ibu di wilayah kerja puskesmas Abeli berasal dari petugas kesehatan pada saat posyandu. Akan tetapi, kegiatan penyuluhan terkait IMD tidak diadakan pada semua posyandu di wilayah kerja puskesmas Abeli. Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh bidan yang bertanggung jawab pada posyandu tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007)8 bahwa paparan informasi (media massa) dapat mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang. Selain paparan informasi (media massa), Notoatmodjo (2007)8 juga menyatakan bahwa pendidikan, lingkungan sekitar dan pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Hal ini terbukti dengan kondisi riil di lapangan, pendidikan ibu juga memiliki peranan yang penting dalam menyerap informasi yang diperoleh sehingga berdampak pada pengetahuan ibu mengenai IMD. Sebagian besar ibu berada pada tingkat pendidikan tamat SMP sehingga memungkinkan ibu tidak memahami atau kurang menyerap informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan terkait IMD pada saat posyandu yang berimplikasi pada pengetahuan mereka yang sebagian besar kurang terkait IMD.
Keadaan yang tampak dari lingkungan sekitar ibu khususnya lingkungan sosial dapat dinilai mempengaruhi pengetahuan ibu. Sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan kurang terkait IMD dan pendidikan terakhir termasuk kategori rendah, memiliki tetangga atau teman bergaul yang sepadan dengan mereka. Sehingga jika salah seorang diantara mereka beranggapan bahwa tidak perlu memeriksakan kehamilan di posyandu, yang lainnya pun akan beranggapan seperti demikian yang pada akhirnya tidak salah seorang pun diantara mereka yang mendapatkan informasi mengenai IMD dari petugas kesehatan di posyandu yang berdampak pada pengetahuan mereka yang kurang terkait IMD.
Pengalaman melahirkan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai IMD yaitu pengalaman melahirkan bayinya. Jika ibu memiliki paritas > 1 kali, maka pengetahuannya mengenai hal – hal dalam persalinan salah satunya IMD akan berbeda dengan mereka yang memiliki paritas 1 kali 9.
Sikap Ibu
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden yang memiliki sikap negatif terkait IMD tidak melaksanakan IMD. Sedangkan pada responden yang memiliki sikap positif terkait IMD sebagian besar melaksanakan IMD. Hal ini sejalan degan penelitian yang dilakukan oleh Indramukti (2012)10 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan praktik IMD pada ibu pasca bersalin normal.
Hal yang menyebabkan sebagian besar ibu memiliki sikap negatif terhadap pelaksanaan yaitu pengetahuan ibu yang kurang terkait IMD sehingga berdampak pada sikap dan pelaksanaan IMD. Selain faktor pengetahuan, sikap negatif ibu mengenai IMD disebabkan karena kepercayaan mereka yang kurang terhadap IMD. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai jika bayi yang baru lahir dapat langsung menyusu dan dapat ditengkurapkan di dada ibu. Hal inilah yang kemudian membuat mereka tidak melaksanakan IMD.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Ibu yang memiliki pengetahuan cukup mengenai IMD dan manfaatnya sebagian besar akan memiliki sikap positif terhadap IMD dan cenderung melaksanakan IMD selama 30 menit hingga 1 jam pasca melahirkan 9.

Dukungan Suami
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak mendapatkan dukungan suami terkait pelaksanaan IMD tidak melaksanakan IMD. Sedangkan pada respoden yang mendapatkan dukungan suami sebagian besar melaksanakan IMD. Peneltian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dkk (2011)11 dan Yendra (2011)12 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD.
Hal ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini sangat memerlukan dukungan dari suami di mana dukungan tersebut yang paling dibutuhkan oleh ibu menyusui. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Roesli (2008)9 bahwa kondisi emosi menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu. Kestabilan emosi tersebut bisa diraih bila sang suami turut mendukung.
Hal yang menyebabkan dukungan suami tidak diperoleh ibu pada saat bersalin yaitu suami sedang bekerja terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai nelayan yang kadang berminggu – minggu belum kembali ke rumah. Selain itu, beberapa petugas kesehatan tidak membolehkan suami untuk masuk ke ruang bersalin sehingga tidak dapat mendampingi ibu pada saat persalinan yang akan berlanjut pada pelaksanaan IMD.
Dukungan Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan IMD tidak melaksanakan IMD. Sedangkan pada respoden yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan sebagian besar melaksanakan IMD. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yendra (2011)12, Suhartatik dkk (2012)13 dan Indramukti (2012)10 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan dengan pelaksanaan IMD.
Petugas kesehatan penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan IMD karena dalam waktu tersebut peran dan dukungan penolong persalinan masih sangat dominan. Apabila penolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir 9.
Olehnya itu, keterampilan dalam menerapkan tatalaksana IMD dengan benar memang sudah menjadi hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan yang menolong persalinan. Ibu maupun suami yang mendampingi akan mengikuti apa saja yang disarankan dan dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat persalinan. Apabila petugas kesehatan tidak terampil dalam penerapan langkah – langkah dalam IMD maka kemungkinan besar IMD akan gagal dilaksanakan pasca persalinan, selain dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu serta dukungan suami. Hal inilah yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Abeli. Sebagian dari petugas kesehatan penolong persalinan tidak memiliki keterampilan yang memadai sehingga tidak menerapkan IMD sesuai dengan tatalaksana yang semestinya.
Hal yang membuat sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan selain disebabkan oleh keterampilan petugas kesehatan yang kurang memadai juga disebabkan karena sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan kategori kurang yang berdasarkan UMK Kendari yakni sebesar Rp 1.200.000,00 perbulan. Dengan tingkat pendapatan yang kurang sebagian dari responden tidak dapat memanfaatkan puskesmas sebagai sarana dalam persalinannya sehingga mereka lebih cenderung memanggil bidan ke rumah mereka untuk membantu persalinan dan sebagian besar bidan yang membantu persalinan mereka di rumah tidak menerapkan IMD pada ibu pasca bersalinan. Hal ini terjadi bagi mereka yang tidak memperoleh Jaminan Persalinan (Jampersal) yang telah ada di mana ibu yang akan melahirkan dapat menggunakan sarana puskesmas secara cuma-cuma. Berbeda halnya bagi mereka yang memiliki tingkat pendapatan keluarga kurang namun memperoleh Jampersal. Mereka tetap dapat melahirkan di puskesmas dengan bantuan petugas kesehatan dengan keterampilan memadai sehingga dapat IMD dapat terlaksana pasca persalinan.
Sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan kurang terkait IMD tetap melaksanakan IMD pasca persalinan. Hal tersebut dikarenakan oleh petugas kesehatan yang membantu persalinan ibu menyarankan ibu untuk melakukan IMD, walaupun ibu tidak mengetahui IMD dan tatalaksananya. Selain petugas kesehatan memberikan saran, petugas kesehatan juga menengkurapkan bayi ke dada ibu serta memberikan dukungan emosial yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk melaksanakan IMD hingga pelaksanaan IMD berjalan 30 menit hingga 1 jam pasca persalinan.
Demikian pula halnya dengan sikap ibu terhadap pelaksanaan IMD. Sebagian kecil ibu yang memiliki sikap negatif tetapi melaksanakan IMD dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena pada saat pasca persalinan ibu mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan untuk melaksanakan IMD.
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan petugas kesehatan yang membuat mereka memberikan dukungan pada ibu pasca bersalin untuk melaksanakan IMD memegang peranan penting untuk terlaksananya IMD.
Kesimpulan
1.     Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013 (χ2hitung = 37,987 dan ρValue = 0,000).
2.     Ada hubungan antara sikap ibu dengan pelaksanaan IMD Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013 (χ2hitung = 41,292 ρValue = 0,000).
3.     Ada hubungan antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013 (χ2hitung = 53,936  dan ρValue = 0,000).
4.     Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2013 (χ2hitung = 62,956  dan ρValue = 0,000).
1.                                                                                 Saran
1.     Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari dan Puskesmas Abeli untuk lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) bagi calon ibu, ibu hamil dan suami agar mendapatkan informasi mengenai IMD sehingga dapat menambah pengetahuan ibu, mengubah sikap ibu terkait IMD dan ibu dapat mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya untuk melaksanakan IMD serta suami dapat mendampingi dan memberikan dukungan kepada istri pada saat pelaksanaan IMD berbekal informasi yang diperoleh. Selain itu, pelatihan bagi petugas kesehatan penolong persalinan mengenai tata cara pelaksanaan IMD yang tepat sangat perlu diadakan agar petugas kesehatan yang menolong persalinan dapat menerapkan pelaksanaan IMD dengan tepat kepada ibu pasca bersalin.
2.     Bagi calon ibu, ibu hamil dan suami diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi mengenai IMD, dan diharapkan agar mencari informasi tentang IMD melalui media cetak, elektronik dan petugas kesehatan demi peningkatan pengetahuan terkait IMD.
3.     Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai informasi tambahan tentang IMD. Serta diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian tentang faktor – faktor lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD, misalnya tradisi, kepercayaan, faktor demografi, ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan dan dukungan kader posyandu.
Daftar Pustaka
1.     Wulandari, A. 2010. Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali Asi Eksklusif. Jurnal Vol. 1 No. 2/Juli 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya. (http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/), diakses 22 April 2013.
2.     Prasetyawati, A. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MGDs). Nuhamedika. Yogyakarta.
3.     Ananda. 2009. Gambaran Epidemiologi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Januari – Maret 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. (http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125882). Diakses 4 Oktober 2012.
4.     Wahyuningsih. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Inisiasi Menyusu Dini di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak Kujon Ceper Klaten. Jurnal Poltekkes. Yogyakarta. (http://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/58/56). Diakses 25 April 2013.
5.     Kemenkes RI. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. (http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf). Diakses 4 Oktober 2012.
6.     Puskesmas Abeli. 2013. Laporan KIA Puskesmas Abeli Tahun 2012. Kendari.
7.     Rahmawati. 2008. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Dusun Keparakan Kidul. Jurnal Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta (http://repository.uii.ac.id/710/SK/I/.pdf). Diakses 7 Mei 2013.
8.     Notoatmodjo.  2007. Promosi kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
9.     Roesli. 2008.  Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta.
10. Indramukti. 2012. Faktor  Yang Berhubungan Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Pasca Bersalin Normal. Jurnal Universitas Negeri Semarang UJPH 3 (2) (2013) Hal 1-8. Semarang.(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/). diakses 2 Mei 2013.
11. Suryani, dkk. 2011. Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Post Partum di BPS Kota Semarang. Jurnal Vol. 1 No. 1/Januari 2011 Akbid Abdi Husada Hal 1-15.Semarang. (http://jurnal.abdihusada.com/index.php/jdk/article/view/3/3). Diakses 5 Mei 2013.
12. Yendra, L. 2011. Hubungan Dukungan Sosial dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2011. Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. (http://repository.unand.ac.id/18045/). Diakses 4 Oktober 2012.
13. Suhartatik, dkk. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Rumah Bersalin Srikandi Kota Kendari. Jurnal Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 Hal 1-7. STIKES Nani Hasanuddin. Makassar. (http://library.stikesnh.ac.id/files/). Diakses 25 April 2013.