Sabtu, 12 November 2011

DBD

DEMAM BERDARAH DENGUE
A. Pendahuluan
Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
B. Pengertian
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus. DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita
C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses), artinya virus yang ditularkan melalui gigitan binatang
arthropoda. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Dalam hal ini Demam Berdarah ditularkan oleh sejenis nyamuk yang disebut Aedes aegypti. Nyamuk betina menghisap darah untuk kebutuhan reproduksi. Tiga hari setelah menghisap darah maka ia akan sanggup bertelur sebanyak 100 butir. Selanjutnya mulai menghisap lagi dan bertelur lagi. Nyamuk Aedes tergolong antropofilik yaitu suka darah manusia. Berbeda dengan species nyamuk lain yang cukup hanya dengan menggigit/menghisap darah satu orang saja, maka nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes sangat sensitif dan mudah terganggu.
Nyamuk betina biasanya menggigit di dalam rumah pada waktu siang hari, di tempat yang agak redup. Nyamuk betina meletakan telurnya di permukaan air yang jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung. Lebih disukai tempat air di dalam atau dekat rumah, terutama tempat air yang bertutup longgar atau jarang dikuras.
D. Epidemiologi
Materi studi epidemiologi DBD secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan:
• HOST (inang) : adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor penjamu yang berkaitan dengan kejadian penyakit DBD dapat berupa : umur (tanpa batas usia), jenis kelamin (siapa saja), ras, etnik, keadaan imunologis, perilaku (tidak menjaga lingkungan sekitarnya) dan status gizi..
• AGEN (faktor penyebab) , adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Disini penyakit demam berdarah disebabkan dari factor biologis yaitu virus dengue
• LINGKUNGAN : adalah segala factor dari suatu individu berupa lingkungan fisik, biologis, social dll. .Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit.


E. Patogenesis

Infeksi dengue bisa disebabkan oleh beberapa jenis serotipe virus DEN, setelah terinfeksi oleh salah satu serotipe virus, tubuh akan membentuk kekebalan terhadap serotipe tersebut, namun tidak terhadap jenis serotipe lain, sehingga jika tubuh terinfeksi lagi oleh jenis serotipe lain (secondary infection), bisa menimbulkan infeksi yang lebih berat. Hal ini disebabkan adanya antibody dependent enhancement, dimana tubuh akan menghancurkan serotipe pertama disamping membentuk antibodi non netralisasi yang justru akan mempermudah sel terinfeksi oleh virus, sehingga melepaskan sitokin yang bersifat vasoaktif atau prokoagulasi, seperti IL-1 IL-6, TNF α dan Platelet Activating Factor (PAF). Bahan- bahan mediator tersebut akan mempengaruhi sel-sel endotel dinding pembuluh darah dan sistem hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan perdarahan. Namun demikian, hanya 2-4% penderita secondary infection akan mengalami infeksi yang berat, belum diketahui kenapa hal ini bisa terjadi.Setelah virus masuk kedalam tubuh, virus akan berkembang biak dalam sel makrofag, monosit dan sel B, virus juga bisa menginfeksi sel mast, sel dendritik dan sel endotel. Manifestasi klinis DD timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Viremia terjadi selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala demam mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi Antigen Presenting Cell (APC) .
F. Gejala klinis
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38oC – 40oC)
b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk: uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
c. Hepatomegali (pembesaran hati).
d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000 /mmHg.
f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.
g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.
h. Pendarahan pada hidung dan gusi.
i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis :
• Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan trombosit.
• Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD, kadar elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan APTT.
H. Pengobatan
Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara :
1. Pengantian cairan tubuh
2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter dalam 24 jam.
3. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolid ( oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3 sampai 5 menit )
4. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi secara tepat.
5. Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluanya dapat ditambahkan, Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel.
6. Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.
I. Prognosis
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain : Keterlambatan diagnosis shock, Keterlambatan penanganan shock, Shock yang tidak teratasi, Kelebihan cairan, Kebocoran yang hebat, Pendarahan masif, Kegagalan banyak organ, Ensefalopati, Sepsis dan Kegawatan karena tindakan
J. Pencegahan
 Lingkungan : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat dan lain-lain.
 Biologis : Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikanadu/ikancupang), dan bakteri(Bt.H14).
 Kimiawi :
1. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
2. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air.
3. 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun.
4. Memeliharakan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar