Sabtu, 12 November 2011

TB PARU

a) Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga mengenai orang tubuh lainnya. (Depkes RI, 2002).
Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik jaringan paru, yang dapat menular dan disebabkan oleh kuman tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya, baik di paru maupun di luar paru. Tuberkulosis dapat terjadi pada semua kelompok umur (Anonim, 2006 b).
Kuman tuberkulosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdormant, (tertidur lama selama beberapa tahun), selama beberapa bulan (Anonim, 2002).
b) Epidemiologi Tuberculosis
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tetapi sampai saat ini TB tetap menjadi problem kesehatan dunia utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai obat global sebagai Global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena ± 1/3 penduduk dunia terinfeksi mikrobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB tercatat diseluruh dunia. Sebagaian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 th. Karena penduduk yang padat dan tingginya pravelensi maka lebih dari 65% dari kasus TB yang baru muncul di Asia.
c) Kuman Tuberculosis
Kuman Tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarna. Oleh karena itu di sebut pula sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. (Depkes RI, 2002).
d) Gejala-Gejala Tuberculosis (TBC)
1) Gejala utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3(tiga) minggu atau lebih.
2) Gejala tambahan yang sering di jumpai :
a) Dahak bercampur darah
b) Batuk berdarah
c) Sesak nafas dan nyeri dada
d) Demam selama lebih dari tiga minggu
e) Cara Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikrobakterium tuberkulosa yang dilepaskan atau dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam atau istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
f) Riwayat terjadinya Tuberculosis (TBC)
1) Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TBC ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.
g) Pengobatan Tuberculosis (TBC)
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.
h) Pencegahan Tuberculosis (TBC)
Pencegan TBC berdasarkan 5 tigkat pencegahan ( five level of preventive) dari level clark adalah sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan ( Health Promotion)
2. Perlindungan Khusus ( Spesific Protection)
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prompat treatment)
4. Pembetasan kecacatan (disability limitation)
5. Rehabilitasi ( Rehabilitation)
i) Faktor Resiko Penularan Tuberculosis (TBC)
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk Of Tuberculosis Infectiaon = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3% pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, Berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TBC, hanya sekitar 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TBC.
Dari keterang tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1 %, maka di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberculosis setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA Positif. Factor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang yang menjadi penderita TBC adalah daya tahan tubuh yang rendah diantaraanya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. (Depkes RI, 2002).
2. Tinjauan Umum Keteraturan Berobat
Pengobatan penderita Tuberculosis paru diberika dalam dua tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap awal (intensif) penderita mendapt obat setiap hari. Bila pada tahap ini diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular lagi dalam kurun waktu dua minggu, dan sebagi besar penderita BTA (Basil Tahan Asam) Posotif menjadi negative (Konversi) pada akhir pengobatan intensif sangat penting untuk menghindari penderita yang putus berobat sebelum waktunya serta mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan kekebalan terhadap obat anti Tuberculosis (Depkes RI, 1993).
3. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Petugas Kesehatan
Motivasi adalah kekuatan psikologis yang mengerakan seseorang kearah beberapa jenis tindakan.
Motivasi yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan salah satunya dengan cara melakukan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan secara peroranga karena dengan cara ini kemungkinan untuk berhasil lebih besar di bandingkan dengan cara yang lain seperti penyuluhan melalui media. Dalam melakukan penyuluhan secara perorangan yang harus diperhatikan yaitu petugas kesehatan harus membina hubungan yang sanagat baik dengan pasiennya.
4. Tinjauan Umum Tentang Indicator Tuberculosis Paru
a. Proporsi Suspek Yang Diperiksa Dahaknya
Proporsi suspek yang diperiksa adalah presentase suspek di anatar perkiraan jumblah suspek yang seharusnya ada.
b. Proporsi Penderita BTA Positif Diantara Suspek
Proporsi penderita BTA positif di antara suspek ialah presentase yang di temukan BTA Positif di antara seluruh suspek yang diperiksa spetumnya.
Angka ini mengambarkan proses penemuan samopai diagnosis penderita, serta kepekaan menetapkan penderita suspek.
c. Proporsi Penderita TBC Paru BTA Positif Diantara Semua Penderita TBC Paru Tercatat.
Proporsi penderita TBC Paru BTA Positif diantara semua penderita TBC Paru adalah presentase penderita TBC Paru BTA Positif diantara semua penderita TBC Paru tercatat.
Indikator ini menggambarkan Kegiatan penemuan penderita TBC yang menular di antar seluruh Penderita TBC paru yang diobatai.
d. Angka Kesembuhan
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukan presentase penderita TBC BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara penderita TBC BTA Positif yang tercatat.
Angka kesembuhan dihitung sendiri untuk penderita baru BTA positif yang mendapat pengobatan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2. Angka ini dihitung untuk mengetahui keberhasilan program dan masalah potensial.
5. Kerangka Kosep Penelitian
Konsep penelitian tentang study retrospektif kepatuhan berobat penderita Tuberculosis (TBC) paru di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2011.
1) Kepatuhan Berobat Penderita TBC Paru
Adalah obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi dalam beberapa jenis dalam jumblah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, di minum secara teratur dan perut dalam keadaan kosng agar semua kuman dapat di bunuh.
2) PMO (pengawas menelan obat
PMO maksudnya untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, maka pengobatan perlu dilakukan pengawasan secara langsung.
3) Pengetahuan
Pengetahuan merupaka hasil dari proses tahu dan hal ini terjadi setelah seseorang yang telah melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan dapat terjadi melalui indra penglihatan, pandangan, penciuman, rasa dan raba. Sebagai pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap obyek dipengeruhi melalui indra penglihatan (Notoadmojo, 1997).
4) Keteraturan Berobat
Pengobatan penderita Tuberculosis di berikan dalam dua tahap yaitu tahan intensif dan tahap lanjut. Pada tahap awal (intensif) penderita mendapat obata setiap hari. Bila pada tahap ini diberikan secara tepat, Penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, dan sebagai besar penderita BTA ( Basil Tahan Asam) positif menjadi negative (Konversi) pada akhir pengobatan intensif sangat penting untuk menghindari penderita yang putus berobat sebelu waktunya serta mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan kekebalan terhadap obat anti Tuberculosis ( Depkes RI, 1993).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar