Sabtu, 12 November 2011

ISPA

a. Penyebab Penyakit ISPA
ISPA disebabkan oleh berbagai infectious agent yang terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, jamur, dan aspirasi.
1) Virus
Virus penyebab ISPA antara lain, golongan Paramyksovirus termasuk didalamnya virus Influenza, Parainfluenza, dan virus campak, adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Herpesvirus dan lain-lain.
2) Bakteri
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus, Haemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri. Di negara berkembang yang tersering sebagai penyebab pneumonia pada anak ialah Streptococcus pneumonia dan Haemofilus influenza. Sedangkan di negara maju, dewasa ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

3) Jamur
Jamur penyebab ISPA ialah Aspergilus sp, Candida albicans, Histoplasma, dll.
4) Aspirasi
Aspirasi yang dimaksud ialah makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan Bakar Minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir.
b. Tanda dan Gejala Penyakit ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
1) Tanda-tanda klinis
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. Pada hal umum adalah: letih dan berkeringat banyak.
2) Tanda-Tanda Laboratoris
a) hypoxemia,
b) hypercapnia dan
c) acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin
c. Pengobatan Penyakit ISPA
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
2) Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
Perawatan Di Rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
a. Pencegahan
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit ISPA dapat dilaksanakan dengan mengaplikasikan dalam lima tingkat pencegahan penyakit (five level prevention), sebagai berikut:
1) Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Promosi Kesehatan (Health Promotion) adalah upaya meningkatkan peran kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi penyebabnya serta derajat resiko serta meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.
Promosi Kesehatan (Health Promotion) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:
a) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara pemberantasan serta manfaat menegakkan diagnosis dini dari suatu penyakit seperti ISPA.
b) Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
c) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
d) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
e) Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
2) Perlindungan khusus (spesific protection)
Sasaran pada perlindungan khusus (spesific protection) yang utama adalah ditujukan kepada penjamu (host) dan penyebab untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit ISPA.
Perlindungan khusus (spesific protection) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a) Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan agent penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh, seperti mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan diperlukan tubuh.
b) Pemberian ASI eksklusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori, protein, dan vitamin, yang banyak dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh bayi sehingga terlindung dari berbagai penyakit infeksi termasuk ISPA.
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) merupakan pencegahan yang ditujukan bagi mereka yang menderita atau terancam akan menderita penyakit ISPA, dengan tujuan mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah penyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a) Mencari kasus sedini mungkin.
b) Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan .
c) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d) Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e) Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
Pembatasan cacat (disability limitation) merupakan pencegahan yang mencegah terjadinya kecacatan atau kematian akibat penyakit ISPA. Pembatasan cacat (disability limitation) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a) Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c) Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5) Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi (rehabilitation) merupakan pencegahan yang bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial secara optimal. Rehabilitasi (rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit ISPA.
b. Pemberantasan
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
1) Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.
2) Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
3) Immunisasi
Pelaksana pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit.
1) Dokter Puskesmas
Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia.
b) Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.
c) Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.
d) Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.
e) Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,
f) Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,
g) Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,
h) Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.
2) Paramedis Puskesmas Puskesmas Pembantu
a) Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.
b) Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.
c) Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.
d) Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.
e) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.
3) Kader Kesehatan
a) Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.
b) Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit
c) Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
d) Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
e) Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
f) Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar