A. DEFINISI MANAJEMEN MUTU
Sebelum
pembahasan secara spesifik mengenai manjemen mutu, terlebih dahulu akan
ditelaah batasan mengenai manajemen dan mengenai mutu/kualitas. Berikut batasan
para ahli mengenai manajemen:
1.
Menurut
G.R. Terry: Manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud yang nyata.
2.
Menurut
Ricky W. Griffin: Manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.
Adapun batasan mengenai mutu/kualitas menurut Juran
adalh kecocokan pengguna produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. (Arya, 2013) Sedangkan menurut Goetsch dan Davis (1994:4)
yaitu mutu (quality) merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan denga
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenui atau melebihi
harapan. Definisi ini didasarkan atas elemen sebagai berikut, (Siswanto, 2005)
1.
Mutu meliputi usaha untuk
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2.
Mutu mencakup produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan.
3.
Mutu merupakan kondisi yang
selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan
mutu
saat ini mungkin dianggap kurang bermutu pada masa yang akan datang).
Adapun batasan manjemen mutu itu sendiri yaitu Menurut Ishikawa dalam M. N.
Nasution (2001), manajemen mutu adalah gabungan semua fungsi manajemen,
semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik
yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan
kepuasan pelanggan. Definisi lainnya mengatakan bahwa manajemen mutu merupakan suatu
tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan sasaran‐sasaran mutu yang direncanakan.
Jadi sistem manajemen mutu adalah tatanan yang menjamin kualitas output dan
proses pelayanan/produksi. Manajemen mutu juga diartikan sebagai sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem
manajemen yang berfokus pada pada orang/ karyawan.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu merupakan semua
aktifitas dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu,
tujuan dan tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti
perencanaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu dan peningkatan mutu di
dalam sistem mutu. Manajemen mutu merupakan gabungan
dari semua fungsi manajemen yang dibangun berdasarkan konsep kualitas dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan. Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti
yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001) yaitu sebagai berikut:
1.
Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat
yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan barang/jasa yang dihasilkan
perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini
merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk
karakteristik produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.
2.
Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus
pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini mencakup tenaga kerja,
material, mesin, metode operasi dan pelaksanaan kerja, aliran proses kerja,
arus informasi, dan pembuatan keputusan.
3.
Perbaikan kualitas
berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan
untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah, terutama perubahan
selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian
kualitas produk secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
MANAJEMEN MUTU
Secara historis, mutu sebenarnya sebagai suatu
konsep yang sudah lama dikenal, Garvin dalam Lovelock (1994: 101-107) membagi pendekatan modern terhadap mutu ke
dalam 5 tahapan, yaitu inspeksi, pengendalian mutu secara statistis, jaminan
mutu, manajemen mutu strategis, dan obsesi mutu menyeluruh (Siswanto, 2005)
Era
Tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak
diperhatikan mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu
belum ada persaingan (monopoli) Dalam era modern saat ini, praktik seperti ini
masih bisa dijumpai. Pengadaan listrik misalnya, hingga saat ini masih dikuasai
oleh PLN sehingga masyarakat tidak bisa pindah meskipun pelayanan
listriknya sering mati. Dahulu Telkom menjadi satu-satunya operator telepon
sehingga masyarakat tidak bisa berpaling meskipun harganya mahal dan sulit
untuk mendapatkan sambungan telepon ke rumah.
Era
Inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana pemilahan
produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas ke
konsumen. Tanggung-jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen
inspeksi (QC). Departemen QC akhirnya selalu jadi sasaran bila ada produk cacat
yang lolos ke konsumen. Di sisi lain, biaya mutu menjadi membengkak karena
produk seharusnya sudah bisa dicegah masuk ke proses berikutnya pada saat
departemen terkait menemukan adanya cacat di bagiannya masing-masing sebelum
diperiksa oleh petugas inspeksi.
Statistical
Quality Control Era (Pengendalian Mutu secara Statistik). Era ini dimulai tahun
1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone Laboratories. Departemen Inspeksi
dilengkapi dengan alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang
terjadi pada produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen Produksi
menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses.
Quality
Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas dari
sebatas tahap produksi (hilir) ke tahap desain (hulu) dan berkoordinasi dengan
departemen jasa (Maintenance,PPIC,Gudang,dll). Manajemen mulai terlibat dalam
penentuan pemasok (supplier). Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas
pencegahan akan mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang
sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi
atau instalasi. Oleh sebab itu sangat ketelitian desain untuk mengurangi biaya.
Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000 versi 1994.
Strategic
Quality Management /Total Quality Management. Dalam era ini keterlibatan
manajemen puncak sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk
menempatkan perusahaan siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini
didefenisikan sebagai sistem manajemen strategis dan integratif yang
melibatkan semua manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode
kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-proses organisasi secara
berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Contoh
era ini adalah penggunaan Sistem manajemen Mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.
C. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU
Manajemen
mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan
kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung
jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen
mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang
kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut: (Manfaati,
2013)
1.
Fokus Pada Pelanggan (Customer Focus)
Organisasi bergantung pada pelanggan
mereka, karena itu manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan
sekarang & yang akan datang. Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan
dan giat berusaha melebihi ekspektasi pelanggan.
2.
Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan
kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan
memelihara lingkungan internal agar orang- orang dapat menjadi terlibat secara
penuh dalam pencapaian tujuan- tujuan organisasi.
3. Keterlibatan Orang (Involvement of
people)
Orang/ karyawan pada semua
tingkatan merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan
keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan
untuk manfaat organisasi.
4.
Pendekatan Proses (Process Orientation).
Suatu hasil yang diinginkan akan
tercapai secara efisien, apabila aktivitas dan sumber- sumber daya yang
berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
5.
Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen (System Approach to Management).
Pengidentifikasian, pemahaman dan
pengelolaan, dari proses- proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem,
akan memberikan kontribusi pada efektifitas dan efisiensi organisasi dalam
mencapai tujuan- tujuannya.
6.
Peningkatan Terus Menerus (Continual Improvement)
Peningkatan terus- menerus dari
kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari
organisasi. Peningkatan terus- menerus didefinisikan sebagai suatu proses
sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus- menerus meningkatkan
efektifitas dan atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan
dari organisasi itu. Peningkatan terus- menerus mambutuhkan langkah- langkah
konsolodasi progresif, menanggapi perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan,
dan akan menjamin suatu evolusi dinamik dari sistem manajemen mutu.
7.
Pendekatan Fakta Dalam Pembuatan Keputusan (Factual Approach to
Decision Making).
Keputusan yang efektif adalah
keputusan yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan
akar penyebab masalah, sehingga masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan
secara efektif dan efisien.
8.
Hubungan Pemasok Yang Saling Menguntungkan (Mutually Beneficial
Supplier Relationship).
Suatu organisasi
dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang saling
menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai
tambah.
D. MANFAAT MANAJEMEN MUTU
Manfaat
dari mutu dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu
1.
Manajemen meliputi efektif dan
efisiensi
2.
Karyawan meliputi Kebanggan,
kendali terhadap waktu, karyawan dapat mengerjakan pekerjaan dengan benar dan
mengurahi terjadinya kesalahan
3.
Pasien meliputi kepuasan,
kesembuhan, ketepatan, keamanan dan kenyamanan.
Manfaat
lain yang diberikan oleh mutu yaitu: (Manfaati, 2013)
1.
Dokumentasi mutu yang lebih
baik.
Sistem manajemen mutu memberikan pedoman dalam
mengelola sistem dokumentasi agar dokumen-dokumen yang dibuat oleh suatu
perusahaan bersifat efektif dan efisien. Setiap organisasi menentukan tingkat
dokumentasi yang dibutuhkan dan media yang digunakan. Hal tersebut tergantung
pada faktor-faktor seperti; jenis dan ukuran organisasi, kompleksitas dan
interaksi proses-proses, kompleksitas produk, persyaratan pelanggan, persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, demonstrasi kemampuan personel, dan
faktor-faktor lainnya yang dibutuhkan untuk mendemonstrasikan pemenuhan dari
persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu.
2.
Pengendalian mutu secara
sistematik.
Menurut pengertian ISO, mutu (quality) adalah
kadar/tingkat yang dimiliki oleh sekumpulan karakteristik yang melekat (yang
menjadi sifat) pada suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi persyaratan.
Kadar/tingkat tersebut berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi buruk (poor),
baik (good) atau baik sekali (excellent). Sedangkan yang dimaksud dengan
persyaratan (requirement) adalah kebutuhan atau harapan (pelanggan) yang
ditetapkan, yang secara umum wajib dipenuhi.
Dalam ISO 9001 pengendalian mutu harus dimulai
dari masing-masing proses yang terdapat dalam perusahaan. Setiap proses adalah
input bagi proses sesudahnya dan sekaligus merupakan output dari proses
sebelumnya. Karena proses-proses tersebut saling berinteraksi satu sama lain
dalam satu sistem, maka pengendalian mutu yang baik pada setiap proses tentunya
secara keseluruhan akan menghasilkan suatu pengendalian mutu secara sistematik.
3.
Koordinasi yang lebih baik.
Adanya kesamaan persepsi untuk menghasilkan
output yang memenuhi persyaratan dan kebutuhan akan adanya satu sistem yang
mendukung pencapaian hal tersebut, mendorong terjadinya kegiatan koordinasi
antar proses dalam sistem tersebut. ISO 9001 merancang suatu sistem manajemen
mutu yang mengarahkan proses-proses dalam suatu perusahaan agar melakukan koordinasi
yang lebih baik.
4.
Deteksi awal ketidaksesuaian.
Ketidaksesuaian (non conformity) adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi persyaratan, sedangkan cacat (defect) adalah
ketidaksesuaian yang berhubungan dengan kegunaan yang ditetapkan atau
dimaksudkan. Dengan adanya sistem pengendalian mutu yang baik dan didukung oleh
koordinasi antar proses, maka setiap ketidaksesuaian akan dapat dideteksi lebih
dini. Karena setiap proses selalu melakukan pemeriksaan terhadap output dari
proses lain (sebelumnya), maka diharapkan setiap ketidaksesuaian yang terjadi
dapat segera dikenali, diperbaiki dan dicegah agar tidak berulang kembali.
5.
Konsistensi mutu yang lebih
baik.
Jika semua unsur yang membentuk sistem manajemen
mutu melakukan upaya terus menerus untuk memperbaiki kinerja dengan berdasar
kepada pedoman dan prosedur yang telah didokumentasikan, maka akan dihasilkan
konsistensi pengendalian mutu yang lebih baik.
6.
Kepercayaan pelanggan
bertambah.
Suatu perusahaan yang menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001 dengan baik, akan memberikan rasa aman terhadap
pelanggan produk/pelayanannya, dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan
(reliability). Kepercayaan tersebut timbul karena pelanggan melihat bahwa
kegiatan pemenuhan persyaratan-persyaratannya dikelola secara baik dan memadai.
Rasa aman dan kepercayaan ini kemudian akan berkembang menjadi hubungan bisnis
yang saling menguntungkan satu sama lain dan berlangsung lama.
Sebagai contoh; jika kita ingin membeli suatu
produk elektronik (seperti televisi) maka kita tentu lebih memilih untuk
membeli produk dari perusahaan yang bisa memberikan jaminan mutu terhadap
produk yang dihasilkannya. Jaminan mutu tersebut bisa berupa garansi terhadap
produk yang dijual. Perusahaan yang berani memberikan garansi terhadap
produk-produk yang dijualnya adalah perusahaan yang yakin bahwa s sistem
manajemen mutunya telah dikelola dengan baik. Dengan demikian kepercayaan
pelanggan terhadap produk-produk yang dijual oleh perusahaan tersebut, akan
semakin bertambah.
7.
Disiplin dalam pencatatan mutu
bertambah.
ISO 9001 mensyaratkan adanya pengelolaan sistem
pencatatan mutu yang baik. Setiap catatan harus jelas, mudah dibaca, dapat
diidentifikasi dan diperoleh kembali dengan mudah. Dengan adanya persyaratan
tersebut maka perusahaan yang menerapkan ISO 9001 akan membuat suatu prosedur
pencatatan mutu termasuk pengendaliannya, yang menciptakan kedisiplinan dalam
pencatatan mutu.
8.
Lebih banyak kesempatan untuk
peningkatan.
Pada akhirnya penerapan ISO 9001 akan memberikan
peluang-peluang bagi peningkatan kinerja perusahaan yang diperoleh dari sistem
dokumentasi yang baik, pengendalian mutu secara sistematik, koordinasi antar
proses dalam sistem dan disiplin dalam pencatatan. Sehingga setiap
ketidaksesuaian dapat dideteksi lebih awal untuk diperbaiki dan dicegah agar
tidak berulang kembali. Sedangkan potensi-potensi munculnya ketidaksesuaian
yang belum terjadi akan dapat dikenali, kemudian dicegah agar tidak terjadi.
E. TEORI MANAJEME MUTU
Manajemen
mutu menurut J. M. Juran dirangkum dalan Trilogy Juran yang mencakup Perencanaan
Mutu (Quality Planning), Pengendalian Mutu (Quality Control) dan Peningkatan
Mutu (Quality Improvement)
sebagai berikut
1.
Perencanaan Mutu
Quality planning, suatu
proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk
dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan
ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.
a)
Menetapkan (Identifikasi) siapa
pelanggan
b)
Menetapkan (identifikasi)
kebutuhan pelanggan
c)
mengembangkan keistimewaan produk merespon
kebutuhan pelanggan.
d)
mengembangkan proses yang mampu menghasilkan
keistimewaan produk
e)
Mengarahkan perencanaan ke kegiatan
operasioanal
2.
Pengendalian Mutu
Suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa
dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para
pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya
mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
Langkah
Kegiatan yang dikerjakan, antara lain :
a)
Evaluasi kinerja dan kontrol produk
b)
Membandingkan kinerja aktual terhadap tujuan produk.
c)
Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan
mutu yang ada.
3.
Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu atau quality improvement adalah
suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu barang atau
jasa. Agar dapat sukses di setiap
perusahaan/institusi/lembaga harus melakukan proses secara sistematis dalam
melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu.
Quality improvement juga dapat diartikan sebagai
suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu
dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan
orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang
terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen
untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.
a)
Mengadakan infrastruktur yang
diperlukan bagi upaya peningkatan mutu.
b)
Identifikasi apa yang perlu
ditingkatkan dan proyek peningkatan mutu.
c)
Menetapkan tim proyek
d)
Menyediakan tim dengan sumber
daya, pelatihan, motivasi untuk mendiagnosa penyebab, merangsang perbaikan mengadakan
pengendalian agar tetap tercapai perolehan.
Adapun
14 prinsip perbaikan mutu menurut Deming yaitu peningkatan mutu produk, menerapkan
filosofi mutu, mengurangi pengawasan, hentikan pendapat harga membawa rupa, peningkatan
berkesinambungan, diklat karyawan, kepemimpinan yg berkomitmen terhadap mutu, menghilangkan
rasa takut dlm iklim kerja, menghilangkan barier antar unit kerja, membatasi
slogan dan target, mengurangi penekanan pada angka, menghilangkan hambatan dan
kebanggaan kerja, melakukan perubahan, merencanakan dan melaksanakan program
diklat yang membangun.
Menurut
Delming, terdapat 7 hambatan dalam perbaikan mutu meliputi
1.
Tidak ada tujuan yang konstan
2.
Penekanan pada keuntungan
sesaat
3.
Evaluasi kinerja berdasarkan
penilaian tahunan
4.
Mobilitas menejemen
5.
Melakukan tindakan apa yang
dilihat
6.
Penggunaan biaya kesehatan yang
berlebihan
7.
Penggunaan biaya untuk
memberikan garansi yang berlebihan
F. SASARAN DAN SIFAT MANAJEMEN
MUTU
Metode
Pembuatan Sasaran Mutu dalam ISO 9001 mempunyai prinsip SMART yaitu harus
Specific (Spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant
(relevan), Time-Bound (Batas waktu). (Konsultan ISO, 2013)
1.
Specific : target yang
ditentukan haruslah spesifik/jelas, misal:
2.
Measurable : harus terukur
3.
Achievable: Target yang
ditentukan haruslah yang masuk akal bisa dicapai,
4.
Relevant: Sasaran mutu yang
ditetapkan harus relevan/sesuai dengan proses/fungsi terkait.
5.
Time Bound : harus mempunyai
batas waktu yang jelas
Adapun
sifat dari mutu yaitu
1.
Mutu bersifat relatif;
2.
Tuntutan terhadap mutu selalu
berubah (dinamis) dan makin tinggi;
3.
Mutu
merupakan konsep sikap dan penilaian;
4.
Mutu
sangat ditentukan oleh persepsi,interpretasi dan pengalaman
5.
Mutu mencakup:
a)
Mutu
Input (Mutu Petugas; Mutu bahan; alat;
fasilitas; mutu informasi);
b)
Mutu Proses (mutu kerja; proses pelayanan,
proses pemberian informasi, proses emphati);
c)
Mutu
Produk (bahan yang dikonsumsi konsumen);
G. MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Mutu pelayanan kesehatan
adalah hasil akhir (outcome) dari interaksi dari ketergantungan antara berbagai
aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem.
Menurut Kemenkes RI, Mutu pelayanan
kesehatan, pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk
serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan.
Menurut Prof. A.
Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) mutu yaitu dari aspek:
1.
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan
peralatan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan.
2.
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan
secara profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien.
3.
Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan
tenaga kesehatan profesional terhadapa
pasien
Adapun
beberapa dimensi mutu pelayanan kesehatan yaitu sebagai berikut
1.
Kompetensi
Teknis: jika cara pemberi pelayanan mengikuti standar tidak terpenuhi merupakan
medical negligence/mal praktek,
2.
Keterjangkauan:
Pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial ekonomi,
organisasi atau bahasa,
3.
Efektivitas:
mampu mengatasi keluhan yang ada serta mencegah meluasnya penyakit,
4.
Efisiensi:
mampu menggunakan sumberdaya secara optimal,
5.
Kesinambungan:
pasien dilayani sesuai kebutuhan termasuk rujukan tanpa mengulang prosedur
& terapi yang tidak perlu,
6.
Keamanan:
pelayanan kesehatan aman bagi pasien dan pemberi pelayanan (infeksi, cedera,
efek samping),
7.
Kenyamanan:
mampu mempengaruhi kepuasan pasien sehingga mau berobat kembali ke tempat tersebut,
8.
Informasi:
mampu menjelaskan apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana pelayanan tersebut
dilaksanakan,
9.
Ketepatan:
pelayanan kesehatan dilaksanakan pada waktu yang tepat, dengan cara yang tepat,
oleh orang yg tepat, menggunakan sarana & prasarana yang tepat serta sumber
daya yang tepat,
10. Hubungan Antar Manusia: mampu menimbulkan
kepercayaan/kredibilitas dengan cara saling menghargai dan saling menghormati.
REFERENSI
Adi,
Y.N. 2013. Sistem Manajemen Mutu. Universitas sebelas maret. Diakses pada http://www.academia.edu/4890118/Sistem_Manajemen_Mutu
tanggal 06 Oktober 2014
Arya, Made , et al. 2013. Penerapan Standar Sistem
Manajemen Mutu (Iso) 9001:2008 Pada Kontraktor Pt. Tunas Jaya Sanur. Jurnal
Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil diakses pada ojs.unud.ac.id/index.php/jieits/article/5096/3883
tanggal 06 oktober 2014
Konsultan ISO. 2013.
Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Untuk Pimpinan Puncak.
Diakses
pada http://konsultaniso.web.id/sistem-manajemen-mutu-iso-90012008/manfaat-penerapan-sistem-manajemen-mutu-iso-90012008-untuk-pimpinan-puncak/
tanggal 06 Oktober 2014
Manfaati,
S. 2013. Manajemen Mutu. Makassar: Universitas Hasanuddin
Muninjaya,
A.A Gde. 2004. Manjemen Kesehatan Edisi 2.
Jakarta: Buku Kedokteran
Siswanto,
H.B. 2005. Pengantar Manajemen.
Jakarta: PT Bumi Aksara
artikel yang bermanfaat :D http://www.qyusiconsulting.com/
BalasHapusgaggia titanium
BalasHapusThe GAGI Titanium-Arsenic Aluminium Iron Glide titanium welding Finish · IronGlide Finish · ford fusion hybrid titanium IronGlide Finish · IronGlide Finish · IronGlide Finish. Rating: 4.6 · 13 reviews · microtouch titanium $9.95 · revlon titanium max edition In welding titanium stock