A. Definisi Pencahayaan
Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran
pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Pencahayaan merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan
erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang
dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut
sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi Sukini dalam Setiawan (2012):
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan
alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai
banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela
yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Pencahayaan
alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan melalui jendela,
celah-celah dan bagian bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak
terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah
pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan
buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan
alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
B. Kualitas Pencahayaan di Tempat Kerja
Kualitas pencahayan dikategorikan
ke dalam beberapa jenis, yaitu (Karlen, 2008):
1.
Brightness
Distribution
Menunjukkan
jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras yang
tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari
luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang
sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat
objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan
terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3
sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang
rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
2. Glare atau Silau
Cahaya
yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata.
Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
a.
Cahaya
menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini
mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat
kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
b.
Cahaya
menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini
secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam
lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk menerima cahaya seperti
ini.
3.
Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang
yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari
cahaya matahari. Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang
berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu
jelas.
4. Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah
kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar belakang yang kacau
atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin
dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.
c.
Karakteristik
Pencahayaan
Dalam dua
dekade penerangan menggunakan foot-candle (setara 50 watt) dan foot
lambert. Namun, sekaang ada beberapa ukuran baru, diantaranya (Quible,
2001) dalam Maryamah (2011) :
1. Equivalent
spherical illumination, ESI digunakan untuk mengukur tingkat efisensi sistem
penerangan. Nilai ini dipengaruhi secara negatif oleh silau dan pemantulan pada
area kerja dan benda dimana karyawan bekerja. ESI juga digunakan untuk
memberikan ukuran tentang keseragaman sistem cahaya.
2. Visual comfort
probability merupakan
rasio tingkat terang langsung. Sumber cahaya yang dapat dilihat degnan mata
telanjang atau pemantulan yang terlihat menyebabkan penggunaan VCP berkurang.
Untuk itulah peletakan peralatan dan perlengkapan kantor juga perlu
memperhitungkan kondisi yang dimaksud, sehingga pegawai terhindar dari kondisi
tersebut.
3.
Task illumination dinilai dengan menggunakan ukuran foot-candle, alat
ukur ini adakn mengukur jumaln cahaya pada area kerja. Ukuran ini tidak
mengukur kualitas datu daya lihat pegawai. Nilai TI yang tinggi memastikan
pencahyaan yang ckukup pada area kerja, khususnya ika terjadi silau dan
pemantulan. Keanyakan area perkantoran membutuhkan nilai TI 100-150 foot
candle.
d.
Sistem
Pencahayaan
Badru
Munir (2007) dalam Setiawan (2012) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan
yang di gunakan di kantor, antara lain:
1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh
ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu
jenis ini merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai,
misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai,
namun jenis cahaya ini jarng digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena
alasan kepraktisan. Agar pencahayaan baik maka disarankan agar jenis ini dapat
dikombinasikan dengn ambient lighting, sehingga pekerjaan yang tidak
terlalau membutuhkan tinggat penerangan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan
pekerjaa yang mmbutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task
lighting.
3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang
dituju. Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area
lain yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak
tersesat.
4. Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta
cahaya lanit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai,
namun cahaya ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendug atau
gelap.
Menurut Prabu dalam Sabir (2013),
ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:
1.
Sistem
pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada
sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi
ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan semi langsung (semi
direct lighting)
Pada
sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini
kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa
langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila
dicat putih pemantulan antara 5%-90%.
3. Sistem pencahayaan difus (general
diffuse lighting)
Pada
sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan
sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah
cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan
kesilauan masih ditemui.
4. Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi
indirect lighting)
Pada
sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik.
Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat
dikurangi.
5. Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect
lighting)
Pada
sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh
langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan
pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan
dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.
Banyak faktor
risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja
salah satunya adalah pencahayaan. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut
jenis kegiatanya seperti berikut:
Tabel 1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
Jenis Kegiatan
|
Tingkat
Pencahayaan Minimal (Lux)
|
Keterangan
|
Pekerjaan kasar
& tidak terus menerus
|
100
|
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang kontinyu
|
Pekerjaan kasar
& terus menerus
|
200
|
Pekerjaan dengan mesin & perakitan kasar
|
Pekerjaan rutin
|
300
|
Pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan
mesin & perakitan/penyusun
|
Pekerjaan agak
halus
|
500
|
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor pekerja
pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
|
Pekerjaan halus
|
1000
|
Pemilihan/warna, pemprosesas, tekstil, pekerjaan mesin
halus & perakitan halus
|
Pekerjaan amat
halus
|
1500 tidak menimbulkan bayangan
|
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan
perakitan yang sangat halus
|
Pekerjaan detil
|
3000 tidak menimbulkan bayangan
|
Pemeriksaan pekerjaan dan perakitan yang sangat halus
|
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No.
1405/MENKES/SK/XI/2002
e. Pencahayaan pada Pengguna Komputer
Dalam faktor kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan, aspek pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting dan
perlu dipertimbangkan. Tanpa adanya unsur cahaya, suatu pekerjaan yang akan
dilakukan akan menjadi tertunda dan bahkan tidak dapat dilakukan. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada
tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti
berikut.
Tabel 2 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat Kerja dengan Komputer
Keadaan Pekerja
|
Tingkat Pencahayaan (lux)
|
Kegiatan Komputer dengan sumber
dokumen yang terbaca jelas
|
300
|
Kegiatan Komputer dengan sumber
dokumen yang tidak terbaca jelas
|
400-500
|
Tugas
memasukan data
|
500-700
|
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No.
1405/MENKES/SK/XI/2002
Dalam penggunaan stasiun kerja yang
banyak menggunkan layar tampilan, kilau cahaya yang dihasilkan dan ditampilkan
oleh layar/monitor, merupakan persoalan paling besar yang dapat mengurangi
kenyamanan seorang pengguna komputer.
Salah satu cara untuk menghindari adanya kilau cahaya adalah dengan memasang filter anti kilau, selain itu perangkat pencahayaan yang digunakan harus diatur sedimikian rupa dan senyaman mungkin. Untuk mencegah adanya berbagai keluhan pada mata, tujuan utama perancangan pencahayaan untuk tempat layar tampilan diletakkan adalah (Santorso, 2009):
Salah satu cara untuk menghindari adanya kilau cahaya adalah dengan memasang filter anti kilau, selain itu perangkat pencahayaan yang digunakan harus diatur sedimikian rupa dan senyaman mungkin. Untuk mencegah adanya berbagai keluhan pada mata, tujuan utama perancangan pencahayaan untuk tempat layar tampilan diletakkan adalah (Santorso, 2009):
1. Menghindarkan
pengguna dari cahaya terang langsung atau pantulannya.
2. Memperoleh
keseimbangan antara kecerahan (brightness)
layar tampilan dan kecerahan yang ada di depan pengguna. Hal yang paling penting
adalah menghindari adanya kecerahan pada bagian depan pengguna yang berlebihan
dibanding kecerahan layar tampilan. Demikian juga halnya dengan kecerahan yang
kurang dibanding kecerahan layar tampilan.
3. Menghindari
cahaya langsung atau cahaya pantulan yang langsung mengenai layar tampilan.
4. Memberikan
keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang tidak
menggunakan layar tampilan.
Gambar 1 Sumber Cahaya dalam Sebuah
Ruangan
Cahaya dalam sebuah ruangan dapat berupa:
1. Cahaya
langsung yang berasal dari matahari yang menerobos masuk lewat jendela atau
berasal dari sumber cahaya buatan misalnya dari bola lampu.
2. Cahaya
tidak langsung yang dipantulkan oleh tembok atau partisi, langit-langit rumah
atau plafon, lantai rumah, bahan-bahan yang ada di sekitar layar tampilan,
bagian dari atas meja yang digunakan, pakaian yang digunakan oleh operator
meskipun pengaruhnya sangat kecil.
Pengendalian cahaya yang berasal
dari berbagai sumber cahaya seperti di atas, memerlukan perhatian pada:
1. Perancangan
lighting fixtures dalam arti arah
pencahayaan dan kuat cahaya yang dihasilkan.
2. Penutup
jendela.
3. Penempatan
lighting fixtures dan jendela relatif
terhadap stasiun kerja.
4. Faktor
refleksitas dari material tempat stasiun kerja di tempatkan.
Secara
garis besar, pencahayaan ruang stasiun kerja perlu memperhatikan beberapa faktor,
antara lain sebagai berikut:
1. Sebaiknya tempatkan sumber cahaya
sedemikian rupa, sehingga pantulan cahaya pada layar dapat diminimalisasi.
2. Gunakan penutup jendela yang mampu
mengendalikan banyaknya cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan kerja yang
digunakan. Usahakan untuk menempatkan layar sedemikian rupa, sebaiknya bagian
samping layar diatur tata letaknya untuk menghadap ke jendela.
3. Tempatkan layar dengan benar,
pastikan kilauan yang disebabkan oleh sumber cahaya diatas kepala dapat
dihindarkan.
4. Hindarkan menggunakan sumber cahaya
yang sangat terang/berlebihan.
5.
Gunakan
pencahayaan secara tidak langsung, untuk menghindari adanya bintik cerah pada
layar tampilan yang merupakan pantulan dari suatu sumber cahaya yang langsung
mengenai layar.
f.
Penyakit
Akibat Pencahayaan yang Buruk di Tempat Kerja
Pencahayaan
yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan
penglihatan selama kerja. Menurut Zaenab (2012) pengaruh pencahayaan yang
kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya
daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan
sakit kepala di sekitar mata dan kerusakan indra mata. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan
bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakan
kerja meningkat.
Pemakaian
komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, baik di perkantoran maupun
di kehidupan pribadi seseorang. Namun, pemakaian komputer secara berlebihan
akan meningkatkan resiko gangguan kerja.
Lamanya
penggunaan komputer dianjurkan tidak lebih dari 4 jam
sehari
apabila melebihi waktu tersebut,
mata cenderung mengalami kelelahan. Kelelahan
mata meningkat apabila kualitas dan kuantitas pecahayaan di ruang kerja
tersebut kurang baik (Maryamah, 2011).
Salah satu
contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja terkait
pencahayaan adalah pencahayaan pada layar monitor atau pekerjaan yang selalu berhadapan
langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh
pencahayaan yang buruk pada pengguna komputer adalah gangguan penglihatan atau computer vision syndrome (CVS) atau dikenal
dengan sindrom penglihatan komputer.
1. Computer Vision Syndrome
(CVS)
CVS
merupakan sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer dalam jangka waktu
yang lama. Selain itu CVS didefinisikan juga sebagai suatu
kondisi sementara akibat memfokuskan mata pada layar komputer untuk
berlarut-larut, tanpa gangguan dari periode waktu. CVS terjadi 64% sampai 90%
dari pekerja kantor. Gangguan ini sangat mungkin tidak menyebabkan kerusakan
mata permanen. Tetapi, dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna komputer Izquerdo,
(2010) dalam Azkadina (2012).
Menurut
penelitian yang dilakukan Kusumawaty, dkk pada tahun 2012 pada karyawan BNI
Kota Makassar menyatakan bahwa makin lama penggunaan komputer dengan pencahayaan yang buruk maka makin
berat gejala CVS yang terjadi. Selain itu Saputro, 2013 dalam penelitian
terhadap karyawan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Tengah menyatakan
bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan ruang, intensitas pencahayaan
lokal, jarang pandang dan durasi penggunaan komputer terhadap kejadiab CVS
dengan masing-masing ρ value <
0,005.
2. Gejala
CVS
Menurut Affandi, 2005 terdapat beberapa gejala yang
terjadi pada seseorang yang menderita CVS, antara lain:
a. Mata
tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti
yang berbeda-beda bagi banyak orang. Istilah yang dipakai oleh
spesialis mata untuk mata tegang adalah asthenopia, istilah itu sendiri adalah
istilah yang kabur. Di dalam lingkungan pemakaian komputer, mata tegang dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penglihatan yang berbeda-beda.
b. Sakit
kepala
Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan
itu sering menjadi sebab utama mengapa orang menjalani pemeriksaan mata. Para
pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis otot
tegang.
c.
Penglihatan kabur
Tajam
penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak
tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu
titik yang jaraknya < 6 meter, mekanisme pemfokusan mata untuk menambah
kekuatan fokus mata dan mendapatkan bayangan yang
jelas di retina harus diaktifkan. Kemampuan
mata untuk merubah daya fokusnya disebut
akomodasi, yang berubah tergantung usia.
Suatu bayangan yang tidak tepat terfokus di retina akan kelihatan kabur.
d.
Mata kering dan mengalami iritasi
Permukaan
depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang mengandung kelenjar yang
menghasilkan air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata yang
membatasi permukaan mata dan mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar
mata dapat berfungsi dengan normal.
e.
Sakit pada leher dan punggung
Pada
situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang
dan harus menyesuaikan posisi tubuh untuk mengurangi beban pada sistem penglihatan.
f.
Kepekaan
terhadap cahaya
Mata
dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol jumlah cahaya yang masuk
ke dalam mata. Faktor lingkungan kerja yang paling mengganggu adalah kesilauan.
Ketidaknyamanan mata karena kesilauan terutama disebabkan perbedaan terang
cahaya pada lapangan pandang. Sebaiknya sumber cahaya
yang sangat terang dihilangkan dari lapangan
pandang dan diusahakan mendapat pencahayaan yang relatif merata. Seseorang akan
menghadapi risiko yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila sumber
cahaya lebih terang dan lebih dekat ke titik perhatian.
g.
Penglihatan Ganda
Ketika
melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata mengkonvergensikan kedua mata ke arah hidung.
Konvergensi memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat yang
setara di kedua retina. Bila kemampuan untuk tetap
mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan
tak searah dan tertuju ke titik yang
berbeda. Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan
tersebut maka akan terjadi penglihatan ganda.
3.
Langkah Pencegahan CVS
Beberapa
faktor penting dalam mencegah atau mengurangi gejala CVS harus dilakukan dengan
komputer dan bagaimana komputer tersebut digunakan. Ini termasuk kondisi
pencahayaan, kenyamanan kursi, lokasi bahan referensi, posisi monitor, dan
penggunaan istirahat.
a.
Lokasi layar
komputer. Kebanyakan orang merasa lebih nyaman
untuk melihat komputer ketika mata mencari ke bawah. Secara optimal, layar
komputer harus 15 sampai 20º di bawah tingkat mata (sekitar 4 atau 5 inch) yang
diukur dari tengah layar dan 20 sampai 28 inch dari mata.
b.
Bahan Referensi.
Bahan-bahan bacaan lain harus ditempatkan di atas keyboard dan di bawah monitor. Jika hal
ini tidak mungkin, pemegang dokumen dapat digunakan di samping monitor.
Tujuannya adalah untuk posisi dokumen sehingga tidak perlu memindahkan kepala untuk
melihat dari dokumen ke layar.
c.
Pencahayaan. Posisi layar komputer untuk
menghindari silau, terutama dari pencahayaan overhead atau jendela. Gunakan
tirai atau gorden di jendela dan mengganti bola lampu di lampu meja dengan
lampu watt lebih rendah.
d.
Layar anti silau.
Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau dari
sumber cahaya, pertimbangkan untuk menggunakan filter silau layar. Filter ini
mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar. Instalasi filter
anti-silau pada monitor bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, juga
bisa menyesuaikan nuansa jendela dan mengubah kontras layar dan kecerahan dapat
membantu mengurangi silau dan pantulan.
e.
Posisi duduk kursi
harus nyaman empuk dan sesuai dengan tubuh. Ketinggian kursi harus disesuaikan
sehingga kaki beristirahat datar di lantai. Jika kursi memiliki lengan, mereka
harus disesuaikan untuk memberikan dukungan lengan saat mengetik. Pergelangan
tangan tidak harus beristirahat pada keyboard
saat mengetik.
f.
Istirahat untuk
mencegah kelelahan mata, cobalah untuk mengistirahatkan mata ketika menggunakan
komputer untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata selama 15 menit setelah dua
jam penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk setiap 20 menit melihat
komputer, melihat ke kejauhan selama 20 detik untuk memungkinkan mata berkesempatan
untuk memfokuskan kembali.
g.
Berkedip.
Untuk meminimalkan kesempatan untuk mengembangkan mata kering ketika
menggunakan komputer, berusaha untuk berkedip sering. Berkedip membuat
permukaan depan mata lembab.
h.
Pemeriksaan mata
secara teratur dan melihat kebiasaan yang tepat dapat
membantu mencegah atau mengurangi perkembangan gejala yang terkait dengan CVS.
REFERENSI
Affandi,
2005. Sindrom Penglihatan Komputer
(Computer Vision Syndrome). Departemen Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
Azkadina, 2012. Hubungan
antara Faktor Risiko Individual dan Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome. Jurnal Media Medika Muda
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73703&val=4695
Karlen, dkk. 2008. Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Erlangga. Jakarta.
Kusumawaty, dkk. 2012. Computer Vision Syndrome pada Pegawai Pengguna
Komputer di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Makassar. Bagian Ilmu Kesehatan Mata. Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Loh KY, 2008. Understanding and Preventing Computer Vision Syndrome. 2008;3:128 -
130. http://www.e-mfp.org/2008v3n3/pdf/computer_vision_syndrome.pdf.
Maryamah,
2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada
Pengguna Komputer di Bagian Outbound
Call Gedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SITI%20MARYAMAH.pdf
Menaker, 1987. Permenaker RI Nomor 4 Tahun 1987.
http://betterwork.org/in-labourguide/wp-content/uploads/Per-04_MEN_1987-Tentang-P2K3-serta-Tata-Cara-Penunjukan-Ahli-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja.pdf
Menkes. 2002. Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Industri. http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_1405_2002.pdf
Sabir, 2013. Hubungan antara Intensitas
Pencahayaan Ruang Kelas dengan Kelelahan Mata dan Kelelahan Mental pada Siswa
SMA Negeri 6 Kendari Tahun 2013. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Kendari.
Santorso, 2009. Interaksi
Manusia dan Komputer Edisi 2. CV ANDI Offset. Yogyakarta.
Setiawan, 2012. Analisis
Hubungan Faktor Karakteristik Pekerja, Durasi Kerja, Alat Kerja dan Tingkat
Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di
PT Surveyor Indonesia Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Depok. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320749-S-Iwan%20Setiawan.pdf.
Zaenab, 2012. Sanitasi Industri dan
Kesehatan Keselamatan Kerja. Politeknik
Kesehatan. Makassar.
Nice info. bisakah saya share artikel ini?
BalasHapusApakah pencahayaan di tempat kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan?
BalasHapusjadi tahu tentang sistem sistem pencahayaan di ruangan, juga akibat dari pencahayaan yang buruk. Terimakasih, yuk kunjungi Website kami
BalasHapus