Minggu, 29 Maret 2015

PENCAHAYAAN DI TEMPAT KERJA


A.  Definisi Pencahayaan
Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi Sukini dalam Setiawan (2012):
1.    Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
2.    Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
B.  Kualitas Pencahayaan di Tempat Kerja
Kualitas pencahayan dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu (Karlen, 2008):
1.    Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
2.    Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
a.       Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
b.    Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk menerima cahaya seperti ini.
3.    Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari. Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.
4.    Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.
c.    Karakteristik Pencahayaan
Dalam dua dekade penerangan menggunakan foot-candle (setara 50 watt) dan foot lambert. Namun, sekaang ada beberapa ukuran baru, diantaranya (Quible, 2001) dalam Maryamah (2011) :
1.    Equivalent spherical illumination, ESI digunakan untuk mengukur tingkat efisensi sistem penerangan. Nilai ini dipengaruhi secara negatif oleh silau dan pemantulan pada area kerja dan benda dimana karyawan bekerja. ESI juga digunakan untuk memberikan ukuran tentang keseragaman sistem cahaya.
2.    Visual comfort probability merupakan rasio tingkat terang langsung. Sumber cahaya yang dapat dilihat degnan mata telanjang atau pemantulan yang terlihat menyebabkan penggunaan VCP berkurang. Untuk itulah peletakan peralatan dan perlengkapan kantor juga perlu memperhitungkan kondisi yang dimaksud, sehingga pegawai terhindar dari kondisi tersebut.
3.    Task illumination dinilai dengan menggunakan ukuran foot-candle, alat ukur ini adakn mengukur jumaln cahaya pada area kerja. Ukuran ini tidak mengukur kualitas datu daya lihat pegawai. Nilai TI yang tinggi memastikan pencahyaan yang ckukup pada area kerja, khususnya ika terjadi silau dan pemantulan. Keanyakan area perkantoran membutuhkan nilai TI 100-150 foot candle.
d.   Sistem Pencahayaan
Badru Munir (2007) dalam Setiawan (2012) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di kantor, antara lain:
1.    Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2.    Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarng digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alasan kepraktisan. Agar pencahayaan baik maka disarankan agar jenis ini dapat dikombinasikan dengn ambient lighting, sehingga pekerjaan yang tidak terlalau membutuhkan tinggat penerangan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan pekerjaa yang mmbutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task lighting.
3.    Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju. Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4.    Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya lanit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendug atau gelap.
Menurut Prabu dalam Sabir (2013), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:
1.    Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2.    Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.
3.    Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4.     Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5.    Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:
Tabel 1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
Jenis Kegiatan
Tingkat Pencahayaan Minimal (Lux)
Keterangan
Pekerjaan kasar & tidak terus menerus
100
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar & terus menerus
200
Pekerjaan dengan mesin & perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan/warna, pemprosesas, tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500 tidak menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan detil
3000 tidak menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan dan perakitan yang sangat halus
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
e.    Pencahayaan pada Pengguna Komputer
Dalam faktor kenyamanan dalam melakukan pekerjaan, aspek pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting dan perlu dipertimbangkan. Tanpa adanya unsur cahaya, suatu pekerjaan yang akan dilakukan akan menjadi tertunda dan bahkan tidak dapat dilakukan. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.
Tabel  2 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat Kerja dengan Komputer
Keadaan Pekerja
Tingkat Pencahayaan (lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang terbaca jelas
300
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas
400-500
Tugas memasukan data
500-700
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
Dalam penggunaan stasiun kerja yang banyak menggunkan layar tampilan, kilau cahaya yang dihasilkan dan ditampilkan oleh layar/monitor, merupakan persoalan paling besar yang dapat mengurangi kenyamanan seorang pengguna komputer.
Salah satu cara untuk menghindari adanya kilau cahaya adalah dengan memasang filter anti kilau, selain itu perangkat pencahayaan yang digunakan harus diatur sedimikian rupa dan senyaman mungkin.
Untuk mencegah adanya berbagai keluhan pada mata, tujuan utama perancangan pencahayaan untuk tempat layar tampilan diletakkan adalah (Santorso, 2009):
1.    Menghindarkan pengguna dari cahaya terang langsung atau pantulannya.
2.    Memperoleh keseimbangan antara kecerahan (brightness) layar tampilan dan kecerahan yang ada di depan pengguna. Hal yang paling penting adalah menghindari adanya kecerahan pada bagian depan pengguna yang berlebihan dibanding kecerahan layar tampilan. Demikian juga halnya dengan kecerahan yang kurang dibanding kecerahan layar tampilan.
3.    Menghindari cahaya langsung atau cahaya pantulan yang langsung mengenai layar tampilan.
4.    Memberikan keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang tidak menggunakan layar tampilan.



 






Gambar 1 Sumber Cahaya dalam Sebuah Ruangan
Cahaya dalam sebuah ruangan dapat berupa:
1.    Cahaya langsung yang berasal dari matahari yang menerobos masuk lewat jendela atau berasal dari sumber cahaya buatan misalnya dari bola lampu.
2.    Cahaya tidak langsung yang dipantulkan oleh tembok atau partisi, langit-langit rumah atau plafon, lantai rumah, bahan-bahan yang ada di sekitar layar tampilan, bagian dari atas meja yang digunakan, pakaian yang digunakan oleh operator meskipun pengaruhnya sangat kecil.
Pengendalian cahaya yang berasal dari berbagai sumber cahaya seperti di atas, memerlukan perhatian pada:
1.    Perancangan lighting fixtures dalam arti arah pencahayaan dan kuat cahaya yang dihasilkan.
2.    Penutup jendela.
3.    Penempatan lighting fixtures dan jendela relatif terhadap stasiun kerja.
4.    Faktor refleksitas dari material tempat stasiun kerja di tempatkan.
Secara garis besar, pencahayaan ruang stasiun kerja perlu memperhatikan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1.    Sebaiknya tempatkan sumber cahaya sedemikian rupa, sehingga pantulan cahaya pada layar dapat diminimalisasi.
2.    Gunakan penutup jendela yang mampu mengendalikan banyaknya cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan kerja yang digunakan. Usahakan untuk menempatkan layar sedemikian rupa, sebaiknya bagian samping layar diatur tata letaknya untuk menghadap ke jendela.
3.    Tempatkan layar dengan benar, pastikan kilauan yang disebabkan oleh sumber cahaya diatas kepala dapat dihindarkan.
4.    Hindarkan menggunakan sumber cahaya yang sangat terang/berlebihan.
5.    Gunakan pencahayaan secara tidak langsung, untuk menghindari adanya bintik cerah pada layar tampilan yang merupakan pantulan dari suatu sumber cahaya yang langsung mengenai layar.
f.     Penyakit Akibat Pencahayaan yang Buruk di Tempat Kerja
Pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Menurut Zaenab (2012) pengaruh pencahayaan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata dan kerusakan indra mata. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakan kerja meningkat.
Pemakaian komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, baik di perkantoran maupun di kehidupan pribadi seseorang. Namun, pemakaian komputer secara berlebihan akan meningkatkan resiko gangguan kerja. Lamanya penggunaan komputer dianjurkan tidak lebih dari 4 jam sehari apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami kelelahan. Kelelahan mata meningkat apabila kualitas dan kuantitas pecahayaan di ruang kerja tersebut kurang baik (Maryamah, 2011).
Salah satu contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja terkait pencahayaan adalah pencahayaan pada layar monitor atau pekerjaan yang selalu berhadapan langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pencahayaan yang buruk pada pengguna komputer adalah gangguan penglihatan atau computer vision syndrome (CVS) atau dikenal dengan sindrom penglihatan komputer.
1.    Computer Vision Syndrome (CVS)
CVS merupakan sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer dalam jangka waktu yang lama. Selain itu CVS didefinisikan juga sebagai suatu kondisi sementara akibat memfokuskan mata pada layar komputer untuk berlarut-larut, tanpa gangguan dari periode waktu.  CVS terjadi 64% sampai 90% dari pekerja kantor. Gangguan ini sangat mungkin tidak menyebabkan kerusakan mata permanen. Tetapi, dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna komputer Izquerdo, (2010) dalam Azkadina (2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Kusumawaty, dkk pada tahun 2012 pada karyawan BNI Kota Makassar menyatakan bahwa makin lama penggunaan komputer dengan pencahayaan yang buruk maka makin berat gejala CVS yang terjadi. Selain itu Saputro, 2013 dalam penelitian terhadap karyawan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan ruang, intensitas pencahayaan lokal, jarang pandang dan durasi penggunaan komputer terhadap kejadiab CVS dengan masing-masing ρ value < 0,005.
2.    Gejala CVS
Menurut Affandi, 2005 terdapat beberapa gejala yang terjadi pada seseorang yang menderita CVS, antara lain:
a.    Mata tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang berbeda-beda bagi banyak orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis mata untuk mata tegang adalah asthenopia, istilah itu sendiri adalah istilah yang kabur. Di dalam lingkungan pemakaian komputer, mata tegang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penglihatan yang berbeda-beda.
b.    Sakit kepala
Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan itu sering menjadi sebab utama mengapa orang menjalani pemeriksaan mata. Para pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis otot tegang.
c.    Penglihatan kabur
Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu titik yang jaraknya < 6 meter, mekanisme pemfokusan mata untuk menambah kekuatan fokus mata dan mendapatkan bayangan yang jelas di retina harus diaktifkan. Kemampuan mata untuk merubah daya fokusnya disebut akomodasi, yang berubah tergantung usia. Suatu bayangan yang tidak tepat terfokus di retina akan kelihatan kabur.
d.   Mata kering dan mengalami iritasi
Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang mengandung kelenjar yang menghasilkan air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata yang membatasi permukaan mata dan mempertahankan kelembaban yang diperlukan agar mata dapat berfungsi dengan normal.
e.    Sakit pada leher dan punggung
Pada situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang dan harus menyesuaikan posisi tubuh untuk mengurangi beban pada sistem penglihatan.
f.         Kepekaan terhadap cahaya
Mata dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Faktor lingkungan kerja yang paling mengganggu adalah kesilauan. Ketidaknyamanan mata karena kesilauan terutama disebabkan perbedaan terang cahaya pada lapangan pandang. Sebaiknya sumber cahaya yang sangat terang dihilangkan dari lapangan pandang dan diusahakan mendapat pencahayaan yang relatif merata. Seseorang akan menghadapi risiko yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila sumber cahaya lebih terang dan lebih dekat ke titik perhatian.
g.    Penglihatan Ganda
Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata mengkonvergensikan kedua mata ke arah hidung. Konvergensi memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat yang setara di kedua retina. Bila kemampuan untuk tetap mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah dan tertuju ke titik yang berbeda. Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan tersebut maka akan terjadi penglihatan ganda.
3.    Langkah Pencegahan CVS
Beberapa faktor penting dalam mencegah atau mengurangi gejala CVS harus dilakukan dengan komputer dan bagaimana komputer tersebut digunakan. Ini termasuk kondisi pencahayaan, kenyamanan kursi, lokasi bahan referensi, posisi monitor, dan penggunaan istirahat.
a.    Lokasi layar komputer. Kebanyakan orang merasa lebih nyaman untuk melihat komputer ketika mata mencari ke bawah. Secara optimal, layar komputer harus 15 sampai 20º di bawah tingkat mata (sekitar 4 atau 5 inch) yang diukur dari tengah layar dan 20 sampai 28 inch dari mata.
b.    Bahan Referensi. Bahan-bahan bacaan lain harus ditempatkan di atas keyboard dan di bawah monitor. Jika hal ini tidak mungkin, pemegang dokumen dapat digunakan di samping monitor. Tujuannya adalah untuk posisi dokumen sehingga tidak perlu memindahkan kepala untuk melihat dari dokumen ke layar.
c.    Pencahayaan. Posisi layar komputer untuk menghindari silau, terutama dari pencahayaan overhead atau jendela. Gunakan tirai atau gorden di jendela dan mengganti bola lampu di lampu meja dengan lampu watt lebih rendah.
d.   Layar anti silau. Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau dari sumber cahaya, pertimbangkan untuk menggunakan filter silau layar. Filter ini mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar. Instalasi filter anti-silau pada monitor bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, juga bisa menyesuaikan nuansa jendela dan mengubah kontras layar dan kecerahan dapat membantu mengurangi silau dan pantulan.
e.    Posisi duduk kursi harus nyaman empuk dan sesuai dengan tubuh. Ketinggian kursi harus disesuaikan sehingga kaki beristirahat datar di lantai. Jika kursi memiliki lengan, mereka harus disesuaikan untuk memberikan dukungan lengan saat mengetik. Pergelangan tangan tidak harus beristirahat pada keyboard saat mengetik.
f.     Istirahat untuk mencegah kelelahan mata, cobalah untuk mengistirahatkan mata ketika menggunakan komputer untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata selama 15 menit setelah dua jam penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk setiap 20 menit melihat komputer, melihat ke kejauhan selama 20 detik untuk memungkinkan mata berkesempatan untuk memfokuskan kembali.
g.    Berkedip. Untuk meminimalkan kesempatan untuk mengembangkan mata kering ketika menggunakan komputer, berusaha untuk berkedip sering. Berkedip membuat permukaan depan mata lembab.
h.    Pemeriksaan mata secara teratur dan melihat kebiasaan yang tepat dapat membantu mencegah atau mengurangi perkembangan gejala yang terkait dengan CVS.

REFERENSI

Affandi, 2005. Sindrom Penglihatan Komputer (Computer Vision Syndrome). Departemen Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
Azkadina, 2012. Hubungan antara Faktor Risiko Individual dan Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome. Jurnal Media Medika Muda Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73703&val=4695
Karlen, dkk. 2008. Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Erlangga.  Jakarta.
Kusumawaty, dkk. 2012. Computer Vision Syndrome pada Pegawai Pengguna Komputer di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Makassar. Bagian Ilmu Kesehatan Mata. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Loh KY, 2008. Understanding and Preventing Computer Vision Syndrome. 2008;3:128 - 130. http://www.e-mfp.org/2008v3n3/pdf/computer_vision_syndrome.pdf.
Maryamah, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Bagian Outbound Call Gedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/SITI%20MARYAMAH.pdf
Menaker, 1987. Permenaker RI Nomor 4 Tahun 1987. http://betterwork.org/in-labourguide/wp-content/uploads/Per-04_MEN_1987-Tentang-P2K3-serta-Tata-Cara-Penunjukan-Ahli-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja.pdf
Menkes. 2002. Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Industri. http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_1405_2002.pdf
Sabir, 2013. Hubungan antara Intensitas Pencahayaan Ruang Kelas dengan Kelelahan Mata dan Kelelahan Mental pada Siswa SMA Negeri 6 Kendari Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Kendari.
Santorso, 2009. Interaksi Manusia dan Komputer Edisi 2. CV ANDI Offset.  Yogyakarta.
Setiawan, 2012. Analisis Hubungan Faktor Karakteristik Pekerja, Durasi Kerja, Alat Kerja dan Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di PT Surveyor Indonesia Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320749-S-Iwan%20Setiawan.pdf.
Zaenab, 2012. Sanitasi Industri dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Politeknik Kesehatan. Makassar.

3 komentar:

  1. Apakah pencahayaan di tempat kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan?

    BalasHapus
  2. jadi tahu tentang sistem sistem pencahayaan di ruangan, juga akibat dari pencahayaan yang buruk. Terimakasih, yuk kunjungi Website kami

    BalasHapus