Menurut
Knootz dan O’Donnel bahwa perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen
yang berkaitan dengan pemilihan satu di antara berbagai alternatif untuk
mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur dan program. Macam
perencanaan dibedakan menurut jangka waktu berlakunya rencana (perencanaan
jangka panjang, menengah, dan pendek), frekuensi penggunaan (perencanaan yang
digunakan satu kali, dan berulang kali), tingkatan rencana (perencanaan induk,
operasional, dan harian), filosofi perencanaan (perencanaan memuaskan, optimal
dan adaptasi), waktu (perencanaan yang beriorintasi masa lalu-kini dan masa
depan), serta menurut ruang lingkup (perencanaan strategik, taktis, menyeluruh,
dan perencanaan terpadu).
Unsur
dari perencanaan adalah rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan
tujuan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan,
kelompok sasaran, waktu, biaya, serta metode penilaian dan criteria
keberhasilan. Proses perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan
menetapkan prioritas jalan keluar.
Perencanaan
kesehatan pada dasarnya adalah perencanaan pembangunan kesehatan. Bentuk
perencanaan kesehatan antara lain perencanaan kebijaksanaan pembangunan
kesehatan, perencanaan program pembangunan kesehatan, dan perencanaan
operasional/kegiatan pelaksanaan kesehatan. Semua bentuk perencanaan tersebut
mengacu pada tujuan masing-masing tingkat manajemen. Pendekatan perencanaan
kesehatan mengutamakan tiga hal, yaitu pendekatan wawasan nasional, pendekatan
epidemiologi, dan pendekatan sumber daya manusia.
Langkah-langkah
pokok perencanaan kesehatan meliputi, analisis situasi, perumusan masalah
kesehatan, penetapan prioritas maslah kesehatan, penetapan alternatif pemecahan
masalah, penyusunan rencana program, dan rencana penilaian. Secara umum
perencanaan kesehatan juga melibatkan unsur politis, sedikitnya ada lima sifat
proses politik yang dapat dicatat sebagai ancaman-ancaman utama bagi
perencanaan kesehatan yang berhasil:
1. Perubahan
yang telah direncanakan selalu tidak disukai oleh mereka yang mendapat pengaruh
merugikan.
2. Sudut
pandang kesehatan para pembuat keputusan politis cenderung tidak mencerminkan
prioritas masyarakat.
3. Para
politikus lebih memilih usaha-usaha penyembuhan yang terlihat, sementara para
perencana melihat potensi pelayanan-pelayanan pencegahan.
4. Para
politis harus menghadapi cakrawala jangka pendek, sementara manfaat kesehatan
cenderung terjadi lebih lanjut.
5. Konflik-konflik
bawaan antar daerah-daerah pemilihan selalu ada tetapi selalu berubah.
Perencanaan merupakan
inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan
oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil
keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil
guna dan berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para
ahli.
Dari batasan-batasan
yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu
kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan
yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain:
1. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan
pemahaman sistem dengan baik.
2. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.
3. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi
untuk mencapai hari depan yang lebih baik.
Secara sederhana dan
awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan
suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang
akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah “rencana” (plan).
Proses perencanaaan
kesehatan yang penting adalah menyangkut proses perencanaan (process of planning) yaitu
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu rencana. Untuk bidang
kesehatan, langkah yang sering digunakan dalam perencanaan program kesehatan
ialah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah (problem solving cycle), secara umum tersusun sebagai berikut:
1. Melakukan Pengumpulan Data
Kegiatan pertama yang
dilakukan adalah mengumpulkan data. Data adalah hasil dari suatu pengukuran dan
ataupun pengamatan. Agar data yang dikumpulkan tersebut menghasilkan kesimpulan
tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Jenis Data
Menurut Blum (1976)
dalam Muninjaya (2004), jenis data
kesehatan ada 4 macam, yaitu, data tentang perilaku (behavior), lingkungan (environment),
pelayanan kesehatan (health service)
dan keturunan (heredity). Dari
keempat jenis data tersebut, maka dapat diuraikan menjadi:
1) Data
Keadaan Geografis
Data keadaan geografis yang penting adalah tentang luas
dan batas-batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan flora,
dan keadaan fauna.
2) Data Pemerintah
Data yang dikumpulkan, yaitu tentang bentuk pemerintahan,
peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran pendapatan dan belanja
kesehatan, serta mekanisme dan proses pengambilan keputusan, data ini terutama
digunakan dalam merumuskan prioritas jalan keluar.
3) Data Kependudukan
Data yang diperlukan antara lain tentang jumlah
penjabaran (susunan umur, jenis kelamin dan geografis), angka pertambahan,
serta angka kelahiran penduduk.
4)
Data Pendidikan
Data
yang diperlukan antara lain tentang tingkat pendidikan penduduk serta fasilitas
pendidikan yang tersedia.
5)
Data Pekerjaan dan Mata
Pencaharian
Data
ini mengenai macam pekerjaan dan mata pencaharian penduduk, karena jenis
pekerjaan cenderung mengakibatkan penyakit tertentu serta penting untuk melihat
kemampuan penduduk untuk membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
6)
Data Keadaan Sosial Budaya
Data
tentang budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan, dan anjuran yang ada
kaitannya dengan bidang kesehatan termasuk didalamnya soal-soal pengobatan
tradisional, yang kesemuanya dapat dimanfaatkan atau dipertimbangkan dalam
merencanakan program kesehatan
7)
Data Keadaan Kesehatan
Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas tiga yaitu:
a)
Data yang menunjukkan status
kesehatan penduduk, seperti angka kematian (umum, bayi, ibu, dan penyakit
tertentu), angka harapan hidup rata-rata, tingkat insidensi, angka kesakita dan
lain-lain.
b)
Data yang menunjukkan
kesehatan lingkungan pemukiman, seperti persentase penduduk yang mempunyai
sumber air bersih, mempunyai jamban, mempunyai tempat sampah, mempunyai rumah
sehat, dan lain-lain.
c)
Data yang menunjukkan jumlah
fasilitas kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedis, jumlah kunjungan, luas
cakupan, dan sebagainya.
b.
Sumber Data
Sumber
data secara umum dibagi atas 3 macam, yaitu primer misalnya wawancara langsung,
sekunder misalnya laporan bulanan puskesmas, dan tertier misalnya hasil
publikasi badan-badan resmi seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan dan
Kantor Kabupaten.
Cara
mengumpulkan data ada 4 macam, yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan, serta
peran serta, misalnya dalam bentuk penelitian epidemiologi.
2.
Menetapkan Prioritas Masalah
Untuk
menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan memakai kriteria yang
dituangkan dalam bentuk matriks (Criteria
Matrix technique). Kriteria yang dapat dipergunakan banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas dua macam:
a.
Pentingnya Masalah
Makin
penting (Importancy) masalah
tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah
antara lain:
1)
Besarnya masalah (prevalence).
2)
Akibat yang ditimbulkan oleh
masalah (severity).
3)
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase).
4)
Derajat keinginan masyarakat
yang tidak terpenuhi (degree of unmeet
need).
5)
Keuntungan sosial karena
selesainya masalah (social benefit).
6)
Rasa prihatin masyarakat
terhadap masalah (public concern).
7)
Suasana politik (political climate).
b.
Kelayakan Teknologi (Technical Feseability)
Kelayakan
teknologi yang dimaksud disini adalah menunjuk pada penguasaan ilmu dan
teknologi yang sesuai, namun jika indikator-indikator tersebut tidak dipunyai
maka penentuan prioritas masalah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik Delphi dan teknik Belbeq.
3.
Menyusun Altematif Jalan
Keluar
Untuk
menyusun altematif jalan keluar dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menentukan berbagai penyebab
masalah.
b.
Untuk menentukan penyebab
masalah, dilakukan curah pendapat (Brain
Storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Dapat digunakan alat
bantu diagram hubungan sebab akibat (cause-effect
diagram) atau populer pula dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram).
Untuk penyebab penyakit,
perlu diketahui penyebab tunggal atau multipel. Untuk menetapkan apakah sebuah
organisme hidup yang spesifik menyebabkan penyakit tertentu, maka harus memenuh
kriferia-kriteria ini (Henle & Koch), yaitu:
a. Organisme harus ada dalam setiap kasus penyakit.
b. Organisme itu harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan di
dalam kultur murni.
c. Organisme itu harus menyebabkan penyakit tertentu saat
diinokulasi kedalam seekor hewan yang rentan.
d. Organisme itu selanjutnya harus dapat ditemukan dari
hewan tersebut dan diidentifikasi.
Kemudian
ada 4 tipe faktor yang memegang peranan penting sebagai penyebab penyakit,
yaitu:
a. Faktor predisposisi, misalnya umur, jenis kelamin, dan
penyakit terakhir yang diidap. Mungkin dapat saja menciptakan sebuah keadaan
yang rentan terhadap sebuah penyakit.
b. Faktor yang memungkinkan, misalkan pendapatan rendah,
gizi buruk, perumahan yang kumuh, dan perawatan medis yang tidak adekuat
mungkin saja mendorong kearah terjadinya pengembangan penyakit.
c. Faktor-faktor pencetus, misalkan papaparan terhadap agent
penyakit yang spesifik atau agent beracun yang mungkin berasosiasi dengan
terjadinya penyakit atau keadaan tertentu.
d. Faktor-faktor pemberat, misalkan pengulangan paparan dan
kerja keras yang tidak beraturan mungkin dapat mendorong kearah terjadinya
sebuah penyakit yang tertentu atau keadaan yang tertentu pula.
Dapat pula terjadi
interaksi antara beberapa macam penyebab yang menimbulkan efek yang tidak
diharapkan. Untuk memeriksa kebenaran penyebab masalah dilakukan dengan uji
statistik. Untuk penyebab masalah yang tidak bermakna secara statistik
dihapuskan.
4. Memilih Prioritas Jalan Keluar
Untuk memilih
prioritas jalan keluar, dapat memakai teknik kriteria matriks, untuk ini ada 2
kriteria yang lazim dipergunakan, yaitu:
a. Efektivitas Jalan Keluar
Prioritas jalan keluar
adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektivitas
jalan keluar dipergunakan kriteria tambahan seperti:
1)
Besarnya masalah yang dapat
diselesaikan (magnitude).
2)
Pentingnya jalan keluar (importancy).
3)
Sensitivitas jalan keluar (vulnerability).
b.
Efisiensi Jalan Keluar
Nilai
efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar
biaya yang dipergunakan makin tidak efisien jalan keluar tersebut.
Untuk
mengukur nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar, dengan
membagi hasil perkalian nilai M (Magnitude)
x I (Importancy) x V (Vulnerability) dengan nilai C. Jalan
keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.
5.
Melakukan Uji Lapangan
Uji lapangan ini
dipandang penting karena sering ditemukan jalan keluar yang di atas kertas
baik, ternyata sulit dilaksanakan. Tujuan uji lapangan yakni untuk menilai
berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang kiranya akan ditemukan,
apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan.
6.
Menyusun Rencana Kerja
Selengkapnya
Kemudian
menyusun uraian rencana kerja dari prioritas jalan keluar secara lengkap yang
terdiri dari:
a.
Rumusan Misi
Suatu
rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi (mision formulation) yang dianut oleh organisasi yang menyusun
rencana, antara lain berisi tentang latar belakang, cita- cita, tujuan pokok,
tugas pokok, serta ruang lingkup kegiatan organisasi.
b.
Rumusan masalah
Rumusan
masalah tersebut harus memenuhi syarat:
1)
Harus mempunyai tolak ukur,
yaitu tentang apa masalahnya, siapa yang terkena masalah, serta berapa besar
masalahnya.
2)
Bersifat netral, yaitu tidak
mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai menyalahkan orang lain.
c.
Rumusan tujuan umum dan
tujuan khusus.
1)
Tujuan Umum
Syarat tujuan umum:
a)
Jelas keterkaitannya dengan
misi organisasi.
b)
Jelas keterkaitanya dengan
masalah yang ingin diatasi.
c)
Menggambarkan keadaan yang
ingin dicapai.
2)
Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah keadaan (hasil atau outcome) akhir yang diinginkan yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan khusus mempunyai ciri-ciri
tambahan seperti:
a)
Menantang
b)
Dapat diraih
c)
Sejauh mungkin dapat diukur
d)
Harus konsisten dengan
tujuan umum dari organisasi
d.
Rumusan Kegiatan
Kegiatan yang dimaksud
disini adalah disatu pihak dapat mengatasi masalah dan dipihak lain dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jenis kegiatan ada dua, yaitu:
1)
Kegiatan pokok
2)
Kegiatan tambahan
e.
Asumsi Perencanaan
Asumsi perencanaan ada
dua, yaitu:
1)
Asumsi perencanaan yang
bersifat positif, yaitu uraian tentang berbagai faktor penunjang yang
diperkirakan ada dan yang berperan dalam memperlancar pelaksanaan rencana,
seperti tingginya kemampuan masyarakat membiayai pelayanan kesehatan.
2)
Asumsi perencanaan yang
bersifat negatif, yaitu kebalikan dari point di atas, seperti tingkat
pendidikan penduduk yang rendah.
f.
Startegi pendekatan
Secara umum strategi pendekatan
ada dua, yaitu:
1)
Pendekatan institusi
2)
Pendekatan komunikasi
g.
Kelompok Sasaran
Kelompok
sasaran (target group), yaitu kepada
siapa program tersebut ditujukan, secara umum dibagi atas dua, yaitu:
1)
Kelompok sasaran langsung,
yaitu anggota masyarakat yang memanfaatkan langsung program kesehatan.
2)
Kelompok sasaran tidak
langsung, yaitu kelompok sasaran antara
h.
Waktu
Ada
dunia faktor yang mempengaruhi penetapan jangka waktu pelaksanaan program,
yaitu:
1)
Kemampuan organisasi dalam
mencapai target.
2)
Strategi pendekatan yang
akan diterapkan.
i.
Organisasi dan tenaga
pelaksana
Suatu
rencana harus mencantumkan uraian tentang organisasi serta tenaga pelaksana
yang akan menyelenggarakan rencana, serta tugas dan wewenangnya masing-masing.
j.
Biaya
Suatu
rencana harus mencantumkan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
rencana.
k.
Metode Penilaian dan
Kriteria Keberhasilan
Kriteria
keberhasilan dikelompokkan kedalam tiga macam, yaitu:
1)
Kriteria keberhasilan unsur
masukkan.
2)
Kriteria keberhasilan unsur
proses.
3) Kriteria
keberhasilan unsur keluaran (Amiruddin, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar