Rabu, 01 Juli 2015

SCREENING (PENAPISAN)


1.  Definisi Screening
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan (Suparyanto, 2010).
Tes untuk penyaringan tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis sehingga pada hasil tes penyaringan yang positif harus dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak membahayakan bagi dirinya maupun lingkungannya, khususnya bagi penyakit-penyakit yang menular.
2.  Tujuan dan Sasaran Screening Test
Tujuan dilakukannya screening yaitu deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk). Dengan dilakukannya screening, dapat ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber penularan penyakit.
Salah satu tujuan tes penyaringan yang bersifat umum adalah untuk mendeteksi penderita sedini mungkin sebelum timbul gejala klinik yang jelas. Dengan diagnose dini tersebut dapat dengan segera diberikan pengobatan kepada penderita. Khusus untuk penyakit menular, dengan penyaringan dapat dilakukan diagnose dini sehingga dapat diberikan pengobatan scara cepat, dan dapat pula mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya wabah (Noor, 2002).
Selain itu, melalui tes penyaringan kita dapat memperoleh keterangan epidemiologis yang berguna bagi petugas kesehatan terutama bagi dokter/klinisi dan bagi peneliti. Hasil tes penyaringan dapat pula digunakan untuk memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat-sifat penyakit tertentu, sehingga mereka selalu waspada dan secara terus menerus melakukan pengamatan terhadap setiap gejala dini yang mencurigakan. Khusus untuk kepentingan masyarakat banyak, maka selain berbagi hal tersebut di atas, tes penyeringan dapat berfungsi untuk mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri secara teratur dan sedini mungkin (Noor, 2002).
3.  Bentuk Pelaksanaan Screening
Bentuk Pelaksanaan Screening Test yaitu :
a.  Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
b.  Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
c.   Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
d.  Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas
Proses pelaksanaan sceening adalah :
a.  Tahap 1: melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
1)    Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
2)    Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
b.  Tahap 2 : pemeriksaan diagnostic.
1)  Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
2)  Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).
4.  Kriteria Evaluasi Screening
a.  Validitas
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat. Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit). Validitas dilakukan dengan melakukan pemeriksaan di luar tes penyaringan untuk diagnosa pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu yang digunakan daripada yang dibutuhkan pada penyaringan (Noor, 2002).
Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostik. Komponen Validitas :
1)  Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit.
2)  Spesifisitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif betul-betul tidak sakit
Tabel 1. Tabel Kontigensi 2 x 2
Hasil Tes
Keadaan Penderita
Jumlah
Sakit
Tidak Sakit
Positif
a
b
a + b
Negatif
c
d
c + d
Jumlah
a + c
b + d
N
                               


a = positif benar
b = positif semu
c = negatif semu
d = negatif benar
N = a + b + c + d

Sensitivitas = a/(a + b)
Spesifisitas = d/(b + d)
Proporsi negatif semu = c/(a + c)
Proporsi positif semu = b/(b + d)

Penilaian hasil screening test dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas menggunakan perhitungan di atas mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
1)  Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “Ya” atau “Tidak”.
2)  Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan spesifisitas dilakukan setelah penyakit diketahui atau didiagnosis, sedangkan tujuan screening adalah untuk mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan alat tes yang digunakan.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dilakukan perhitungan perkiraan nilai kecermatan dengan maksud untuk menafsirkan banyaknya orang yang benar-benar menderita dari semua hasil tes yang positif. Penilaian nilai kecermatan terdiri atas dua komponen  yaitu:
1)  Nilai kecermatan positif ialah proporsi jumlah yang sakit terhadap semua hasil tes positif.
2)  Nilai kecermatan negatif ialah proporsi jumlah yang tidak sakit terhadap semua hasil tes negatif.
Selain nilai kecermatan positif dan nilai kecermatan negatif, dapat dihitung juga komplemennya, yaitu false positive dan false negatif:
1)  False positive rate ialah jumlah hasil tes positif semu dibagi dengan jumlah seluruh hasil tes positif.
2)  False negatif rate ialah jumlah hasil tes negatif semu dibagi dengan jumlah seluruh hasil tes negatif.
b.  Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/ konsisten bila test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama. Ada 2 faktor yg mempengaruhi:
1)  Variasi cara screening : stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2)  Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil beda.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas yaitu:
1)  Pembakuan/standarisasi cara screening
2)  Peningkatan ketrampilan pengamat
3)  Pengamatan yg cermat pada setiap nilai pengamatan
4)  Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
5)  Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/ bertingkat.
c.   Derajat Screening (Yield)
Yield adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini. Faktor yang dapat mempengaruhi yaitu:
1)  Derajat sensitivitas tes
2)  Prevalensi penyakit
3)  Frekuensi penyaringan
4)  Konsep sehat masyarakat sehari-hari (Noor, 2002).

5.  Contoh screening beserta alat yang digunakan
a.  Mammografi dan Termografi
Untuk mendeteksi ca mammae. Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari screening magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan jaringan payudara yang padat.
b.  Pap smear
Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test.. Tes ini merupakan tes yang digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada daerah leher rahim (servik).
c.   Sphygmomanometer dan Stetoscope
Kedua alat ini digunakan untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Seberapa sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada seberapa tinggi nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
d.  Photometer
Photometer merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes darah.
e.  Plano Test
Plano test digunakan untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam darah).
f.    EKG (Elektrokardiogram)
EKG digunakan untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
g.  Pita Ukur LILA
Pita ukur LILA digunakan untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita kekurangan gizi atau tidak.
h.  X-ray, pemeriksaan sputum BTA
X-ray digunakan untuk mendeteksi penyakit TBC
i.    Pemeriksaan fisik Head to Toe
Digunakan untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal pada ibu hamil.
j.    Rectal toucher
Rectal toucher merupakan teknik yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya kanker prostat.
k.   Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II
PDDST-II digunakan sebagai alat bantu diagnosis atau skrening Autis.
l.    CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan)
CHAT merupakan perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada penyandang autism.
m. Audio Gram dan Typanogram
Audio gram dan typangram digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan atau gangguan pendengaran
n.  MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT Scans (Computer Assited Axial Tomography)
MRI dan CT Scan sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak, karena dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
o.  Optalmoskop dan Tonometer
Optalmoskop dan tonometer digunakan pada tes skrining glukoma.
p.  Penapisan (skrining) premarital
Tujuan dilakukannya pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika ada penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang dapat mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B dan HIV/AIDS. Skrining mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan (genetik) seperti penyakit thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit), dan penyakit Tay-Sachs serta kelainan fertilitas juga dapat diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar